REVIEW PIALA DUNIA 2018 (Chapter 6)
Putaran 8 besar, semifinal, dan prediksi final
Tak terasa keseruan Piala Dunia akan segera berakhir. Kini (12/07) bahkan sudah sampai pada putaran semifinal dengan laga pertama yang sudah digelar sebelumnya mempertemukan Perancis dengan Belgia. Perancis berhasil menyingkirkan skuad generasi emas Belgia dengan skor akhir 1-0. Sedangkan untuk laga kedua, akan digelar pertandingan antara Inggris vs Kroasia. Laga ini tentu akan sesengit laga antara Perancis dengan Belgia sebelumnya. Namun sebelum melangkah ke pembahasan semifinal tersebut, penulis ingin sedikit kembali menarik ingatan kita tentang pertandingan-pertandingan sebelumnya di putaran 8 besar.
Di putaran 8 besar ini terdapat laga-laga yang berakhir dengan skor cukup ketat. Seperti Perancis yang mengalahkan Uruguay dengan skor 2-0. Brazil tersingkir dari Belgia dengan skor lebih tipis, 1-2. Di laga lainnya yang mempertemukan dua wakil Eropa, Inggris dan Swedia berakhir dengan keunggulan 2 gol tanpa kebobolan. Sedangkan laga super ketat tersaji saat timnas tuan rumah Piala Dunia 2018, Rusia memaksakan laga harus diakhiri dengan babak adu penalti yang akhirnya berhasil dimenangkan oleh lawannya—Kroasia.
Di babak perdelapan besar ini, penulis hanya akan berpendapat tentang karakter tim secara garis besar. Seperti di kubu timnas Perancis yang sejauh ini dapat dinilai dengan kemampuan lini depan yang sangat baik. Kualitas permainan di saat menyerang inilah yang menjadi momok besar bagi pertahanan Uruguay yang di pertandingan ini seringkali kehilangan konsentrasi dalam menghadapi serangan Antoine Griezmann dkk yang terus mengancam pertahanan mereka tanpa henti. Kelebihan dalam menyerang memang sejauh ini menjadi modal positif bagi Perancis dalam menghadapi setiap laga. Meskipun sempat hanya berimbang 0-0 dengan Denmark, namun skuad Didier Deschamps selalu menunjukkan atraksi serangan yang fantastis dengan kejelian dalam memaksimalkan peran dan kemampuan trio Mbappe-Giroud-Griezmann. Hanya Giroud yang sampai semifinal masih gagal mencetak satu gol pun. Namun, perannya tidaklah sedikit. Justru kehadirannya di lini depan dapat membuat Mbappe dan Griezmann tampil on-fire karena semua pemain belakang lawan biasanya akan cukup fokus menjaga pergerakan Giroud, apalagi jika serangan balik dengan jarak antar pemain belakang yang renggang, akan menjadi santapan empuk bagi lini depan Perancis untuk membuka peluang. Giroud dipasang sebagai ball winner saat duel udara, sekaligus menjadi pemain yang dapat melakukan operan 1-2 dengan rekan-rekannya—ini selalu dapat membuat fokus penjagaan dari pemain lawan akan terkecoh dengan alur bola yang dapat beralih cepat dari kaki pemain satu ke pemain lainnya. Sedangkan Mbappe dapat menjadi pemain yang mampu men-drive bola dari sisi sayap kanan ke dalam kotak penalti lawan atau mengoper bola ke dalam kotak penalti. Begitu juga Griezmann yang lebih mobile, tak hanya berada di belakang Giroud namun juga seringkali menjadi pemain yang dapat merintis serangan dari sisi kiri maupun kanan dari Perancis.
Menyeberang ke Belgia yang mampu mengalahkan Brazil yang sebenarnya merupakan salah satu tim yang digadang-gadang akan melaju sampai ke fase final, namun disingkirkan oleh skuad asuhan Roberto Martinez. Lini terbaik di kubu Belgia (menurut penulis) berada di lini tengah. Karena di sana terdapat pemain-pemain yang berkualitas individu mumpuni. Dari Axel Witsel yang dapat menjadi pemain yang tak ragu untuk bertarung dengan pemain-pemain lawan di tengah. Lalu ada Kevin De Bruyne yang spesialis memberikan umpan-umpan jauh yang terukur. Lalu ada Eden Hazard yang dapat menjadi playmaker maupun menjadi second forward di belakang Romelu Lukaku. Juga ada pemain-pemain lainnya seperti Yannick Carrasco yang dapat menjadi winger di kiri yang suka membawa bola lebih lama—meski tak selama penguasaan bolanya Eden Hazard. Lalu ada pula winger lainnya, yaitu Dries Mertens yang biasanya menempati sisi kanan guna mengimbangi kekuatan di sisi kiri yang biasanya ditempati Carrasco. Lima pemain berkualitas itu jelas dapat menjadi tumpuan bagi Belgia dengan tambahan striker tinggi besar dengan kualitas yang juga tak perlu diragukan lagi seperti Lukaku. Keunggulan di lini ini yang menurut penulis berhasil mengimbangi permainan taktikal seperti Brazil dan Jepang di fase knock-out sebelum berjumpa Perancis di semifinal.
Kini kita membahas tentang permainan timnas Inggris. Negara yang memiliki kompetisi sepakbola yang sangat populer itu akhirnya berhasil melaju sampai ke semifinal pasca kemenangan atas Swedia di perempat final. Bagi penulis, keunggulan skuad Southgate ini ada pada permainan cepat (dalam mengalirkan bola dari belakang-tengah-depan) khas klub-klub Britania seperti Stoke City-nya Toni Pulis misalnya. Namun, mereka (timnas Inggris) jauh lebih taktikal karena memiliki pemain-pemain terbaik Inggris dan juga dengan rataan usia yang tidak terlalu tua. Sehingga, sangat cocok dengan gaya permainan cepat—biasanya bola akan digiring oleh pemain-pemain seperti Raheem Sterling dan Lingard. Lalu bola akan disodorkan kepada target man sekaligus kapten tim, Harry Kane. Selain permainan cepat, mereka juga mengandalkan situasi bola mati dan bola atas. Operan lambung tak segan untuk dilepaskan ke dalam kotak penalti lawan jika memang di sana sudah terdapat minimal dua pemain the Three Lions yang siap menyambut bola—Harry Kane dan pemain lain dari baris kedua (Sterling, Delle Alli, Lingard). Beberapa gol timnas Inggris tercipta dengan skema seperti itu dan bagi penulis, itu adalah kelebihan mereka.
Terakhir bagi pemenang di fase perempat final ini adalah Kroasia, yang bagi penulis merupakan tim yang memiliki mentalitas yang luar biasa. Dua kali mereka dihadapkan pada situasi adu penalti, dan mereka mampu mengakhirinya dengan kemenangan. Lalu di manakah letak keunggulan timnas Kroasia ini? Secara garis besar keunggulan mereka ada di lini tengah. Keberadaan Luka Modric dan Ivan Rakitic sangat berpengaruh besar terhadap permainan tim yang selalu tenang dalam menghadapi setiap pertandingan. Mereka mampu mengatur ritme dan selalu membangun momentum dengan aliran-aliran bola yang tetap lancar di lini tengah dan kemudian merangsek ke lini depan. Mereka juga tak jaim dalam bertahan meskipun sudah ada dua pemain beringas seperti Lovren dan Vida. Ketika mereka diserang, semua pemain tengah langsung berusaha mengisolasi area depan kotak penalti dengan intercept yang lugas tanpa kompromi, demi menjauhkan bahaya di dalam kotak penalti. Gaya permainan sangat militan, membuat momen pertemuan dengan tim tuan rumah bagi penulis adalah suatu hal yang harus terjadi. Karena menghadapi tim tuan rumah dengan mentalitas yang biasanya sangat tinggi (memiliki dukungan penuh dari publik sendiri), akan sulit jika hanya dihadapi dengan kualitas saja—seperti Spanyol, misalnya (tanpa mengurangi respek terhadap tim yang bersangkutan). Sehingga momen di laga terakhir perempat final Piala Dunia 2018 ini pun seperti laga yang sangat menarik.
_-_
Begitulah kilas balik tentang tim-tim yang berhasil melaju ke semifinal Piala Dunia 2018. Perancis, Belgia, Inggris, dan Kroasia dengan kualitasnya masing-masing. Jelas, keempat negara ini adalah yang terbaik. Karena mereka juga berhasil menyingkirkan tim-tim terbaik lainnya dengan perjuangan yang sangat luar biasa—apalagi sampai babak adu penalti. Lalu bagaimana jalannya semifinal yang mempertemukan 4 negara asal Eropa tersebut?
Perancis adalah tim pertama yang melaju ke final setelah mengandaskan Belgia. Di sini, secara permainan dari kedua tim sangatlah berimbang. Khususnya di babak pertama. Di mana ketika 15-20 menit awal, jalannya pertandingan dikuasai oleh Belgia. Beberapa peluang berhasil diciptakan Belgia nyaris bertubi-tubi ke gawang Hugo Lloris ketika pertandingan masih berjalan sekitar 5-10 menit. Namun di pertengah sampai akhir babak pertama, Perancis mengambil alih perhatian penonton dan suporter. Mereka mulai memiliki ritme dan mulai memahami titik-titik kelemahan lawan, khususnya dalam hal bertahan. Mbappe salah seorang pemain depan Perancis yang mulai meneror sisi kiri pertahanan Belgia yang dijaga oleh Jan Vertonghen. Hal ini diyakini langsung dianalisa oleh tim Perancis untuk dapat mencari solusi memecah kebuntuan terlebih dahulu di babak kedua.
Pertandingan pun berlanjut di babak kedua, dan Perancis seolah-olah langsung panas dan mereka pun berhasil kembali membombardir pertahanan lawan sampai akhirnya mereka mendapatkan sepak pojok. Di sinilah kemudian gol tercipta dan menjadi satu-satunya gol di laga tersebut, yang sudah cukup untuk mengantarkan Umtiti dkk lolos ke final—sekaligus membuka asa lebih besar lagi untuk merengkuh trofi Piala Dunia di benua sendiri.
Menurut penulis, mentalitas Perancis sangat bagus. Mereka percaya diri dalam memainkan bola untuk menyerang maupun bertahan—kehilangan bola. Mereka tak takut untuk diserang, karena mereka selalu langsung turun ke area pertahanan sendiri ketika diserang, dan juga langsung mengejar bola ketika kehilangan bola.
“Mereka sangat kompak!”
Berbeda dengan Belgia yang meskipun mampu menguasai bola lebih lama—karena lini tengah mereka ‘oke’, namun mereka kesulitan melayani Lukaku yang juga seperti resah karena dijaga ketat oleh Varane dan Umtiti. Meskipun beberapa peluang nyaris didapatkan oleh striker Manchester United tersebut, namun terlihat sang pemain tidak nyaman. Positioning dan moving seringkali terganggu oleh pergerakan dua bek tengah Perancis maupun pemain-pemain tengah seperti Paul Pogba, Kante, dan Matuidi yang selalu berupaya memotong alur bola dari kaki pemain-pemain tengah Belgia. Masuknya Mertens memang cukup mampu menambah daya dobrak dengan operan silangnya ke kotak penalti Perancis, namun seringkali dimentahkan oleh lini belakang Perancis yang terlihat sudah siap dengan taktik semacam itu—mungkin karena keberadaan Fellaini sedari menit awal.
Walaupun tersingkir, Belgia tetaplah tim besar dengan permainannya yang hebat. Karena mereka mampu menapak sampai ke babak semifinal bukanlah hal yang mudah tentunya. Mengingat perjalanan mereka nyaris gugur di tangan Jepang. Lalu harus bertemu dengan Brazil yang sangat diunggulkan untuk menang dan juara. Sehingga, bagi penulis pencapaian Roberto Martinez sangat luar biasa. Mampu membimbing skuad penuh pemain-pemain bintang dan berkarakter leader seperti Kompany, Vertonghen, juga Eden Hazard melangkah jauh, tentu adalah hal luar biasa. Karena menyatukan pemain-pemain hebat bukan perkara mudah—dengan ego yang mungkin sama tinggi dan jam terbangnya juga. Maka dari itu, penulis berupaya untuk beranggapan bahwa mereka bisa jadi akan sukses di gelaran Piala Eropa 2020 dengan skuad yang sama—mungkin ada sedikit perubahan, dan dengan pelatih yang sama.
Sedangkan bagi Perancis, perjalanan mereka di Piala Dunia 2018 belum usai. Jadi belum saatnya kita menilai akan seperti apa timnas ini pasca Piala Dunia. Paling pentingnya adalah mereka tetap bermain seperti saat melawan Belgia dan semoga mereka dapat meraih hasil semaksimal mungkin.
_-_
Lalu bagaimana dengan prediksi semifinal kedua antara Inggris vs Kroasia?
Kemungkinan Inggris menang besar, jika mereka mampu menaklukkan Kroasia sedini mungkin. Artinya mengambil momentum terlebih dahulu sebelum Kroasia mampu mengembangkan permainan mereka. Karena, seperti di catatan pribadi penulis di atas bahwa Kroasia memiliki lini tengah mumpuni (kreatif). Sehingga, kemungkinan untuk meng-handle permainan bukanlah hal yang sulit bagi mereka. Apabila, Inggris telat panas, laga akan berjalan seru, karena kedua tim sudah pernah mengalami laga adu penalti di fase sebelumnya. Sehingga, kedua tim tidak akan ragu untuk menyajikan permainan yang ‘tertutup’—tidak terlalu offensive dan penuh taktikal, demi upaya mencari momen lengahnya satu sama lain.
Kroasia dengan kualitas lini tengah-depan-belakang (termasuk kiper) yang merata, tidak akan mengejutkan jika mereka akan lolos ke final. Asalkan mereka mampu menghindarkan Inggris dari kesempatan mendapatkan situasi bola mati (free kick, maupun corner kick) dan mampu mencetak gol terlebih dahulu. Idealnya mereka mencetak gol di akhir babak pertama atau pertengahan babak kedua. Jika di akhir babak pertama, maka mereka punya strategi baru untuk menghadapi ‘sengatan langsung’ lawan setelah kick-off babak kedua—biasanya dilakukan oleh tim yang tertinggal. Jika di pertengahan babak kedua, maka mereka mampu mengupayakan strategi full defense dengan kombinasi counter attack di sisa beberapa menit pertandingan itu akan berakhir. Namun, patut diingat bahwa daya juang timnas Inggris juga tinggi. Terbukti bahwa mereka juga sudah mengalami nasib harus melalui laga dengan adu penalti. Sehingga bukan hal yang baru bagi Inggris jika mereka memang harus menghadapi situasi seperti itu—tertinggal skornya dari lawan.
Soal siapa yang menang?
Hm.....
(just my prediction)
Inggris 45%
Kroasia 55%
Kenapa?
...
Sebaiknya, kita saksikan pertandingannya saja dulu. Hehehe....



Comments
Post a Comment