Review Piala Dunia 2018 (Chapter 1)
5 laga (Brazil vs Swiss, Jerman vs Meksiko, Belgia vs
Panama, Inggris vs Tunisia, Kolombia vs Jepang) di Piala Dunia yang cukup
menarik untuk diulas.
![]() |
sumber gambar: bolabanget.id |
Part 2
Nah, itu tadi hasil review dari laga yang mempertemukan Jerman
dengan Meksiko. Di paragraf ini, penulis akan mengulas tentang laga yang
sebelum laga Jerman vs Meksiko digelar. Yaitu laga antara Brazil vs Swiss, yang
berakhir dengan skor imbang 1-1. Di laga pertama bagi kedua tim ini terlihat
bahwa kedua tim berupaya untuk mengamankan poin penting—mencari modal bagus,
untuk memastikan bahwa mereka dapat melaju positif di turnamen 4 tahunan ini.
Brazil yang turun dengan kekuatan penuh masih terlihat belum benar-benar enjoy
dalam memainkan pola serangan. Pergerakan Neymar
yang seringkali terhalang oleh Valon Behrami dan Swiss terlihat dipenuhi oleh pemain-pemain yang bersiap bertarung di area
depan pertahanannya. Memiliki Granit
Xhaka dan Dzemaili memang cukup ampuh untuk meredam pergerakan agresif
penuh skill dari Phillipe Coutinho, Willian, Neymar dan Gabriel Jesus.
Di sini perang strategi yang berbeda kembali tersaji. Di
mana pertemuan antara tim unggulan dan tim kuda hitam akan selalu menghasilkan
racikan strategi yang bertolak belakang. Ketika Brazil dengan optimisme tinggi
dan didukung oleh materi skuad yang mumpuni dari penjaga gawang sampai
penyerang—harus bisa menang. Harus melawan skuad yang punya militansi tinggi
dalam upaya mampu lolos dari penyisihan grup dan memang harus dimulai dari
hasil yang meyakinkan kala berjumpa tim Samba—mencari poin. Jual beli serangan
sebenarnya muncul, hanya saja kedua tim terlihat sangat alot bertarung di lini
tengah. Hal ini tak lepas dari pertemuan gelandang-gelandang kreatif milik
Brazil dengan gelandang-gelandang ‘ball-winner’ milik Swiss. Menariknya, kedua
tim memiliki pemain second line yang
dapat menjadi tumpuan untuk dapat melancarkan serangan cepat. Jika Brazil ada
Neymar Jr., maka di Swiss ada Xherdan
Shaqiri. Dari sana kita bisa cukup serius untuk menyaksikan laga sampai
akhir.
Memang ada protes bahwa gol dari Swiss didahului dengan
adanya kontak badan antara pemain Swiss dengan pemain Brazil yang membuat
pemain Brazil terjatuh. Namun, wasit tidak menganggap itu pelanggaran dan Swiss
pun mampu memanfaatkan momen tersebut untuk melakukan serangan balik, dan
‘Baaam!’ terjadilah gol untuk Swiss. Hingga akhir laga, skor 1-1 tetap
bertahan, dan kubu Brazil harus bekerja ekstra keras untuk segera mempersiapkan
tim di laga kedua melawan Kosta Rika. Sedangkan Swiss harus berhadapan dengan
kekuatan Eropa lainnya (Serbia) yang juga menjadi kuda hitam, karena memang secara tim
mereka bukanlah timnas unggulan turnamen. Namun, secara skuad timnya selalu dipenuhi
dengan pemain-pemain papan atas yang sarat pengalaman memperkuat klub-klub
Eropa di Liga Inggris, Italia, dan Spanyol. Ada Nemanja Matic, Branislav Ivanovic, Alexandar Kolarov, Dusan Tadic, dan tak lupa dengan strikernya Aleksandar
Mitrovic. Sehingga, suatu langkah benar bagi Swiss untuk segera menjalani laga
‘serius’ saat bertemu dengan Brazil. Strategi bermain fokus mengorganisir lini
tengah untuk mampu berduel sejak area tengah lapangan membuat para pemain Brazil
sulit membangun permainan yang nyaman. Teror pemain-pemain tengah Swiss yang
tak segan beradu badan tentu menjadi momok bagi para pemain Brazil yang penuh
bintang—kekhawatiran adanya pemain-pemain kunci cedera, seperti Neymar Jr.
misalnya.
Di sini, Swiss dapat menunjukan permainan yang kompak
tanpa menitikberatkan pada satu dua pemain saja. Sebenarnya sama dengan
permainan Meksiko, hanya saja ada sedikit perbedaan gaya permainan antara ala Latin
dengan ala Eropa. Karena, Swiss tentu tidak bisa melakukan serangan cepat
begitu saja dan membiarkan bola kemudian hilang dari penguasaan. Karena mereka
sadar betul dengan keleluasaan bola yang dimiliki Brazil dapat menciptakan
petaka bagi pertahanan Swiss. Untuk itulah, mereka lebih memilih banyak men-delay permainan dengan memanfaatkan skill Shaqiri (pemain yang pernah
dianggap moncer saat bermain di Bundesliga—liga utama Jerman). Bola hasil
perebutan dengan pemain Brazil akan segera dikirim ke Shaqiri dan Shaqiri akan
membawa bola itu menyisiri salah satu pertahanan Brazil, lalu ada dua keputusan
yang dapat dia lakukan. Yaitu, menerobos masuk ke area kotak penalti, atau
mengirimkan operan silang ke dalam kotak penalti atau ke rekannya di depan
kotak penalti. Secara individu memang Shaqiri bisa dianggap sebagai kekuatan
utama di kubu Swiss dalam hal penyerangan, namun Swiss tidak terlihat
‘menganak-emaskan’ pemain ini dalam hal penguasaan bola. Mereka berupaya lebih
fokus pada organisir lini tengah dan lini belakang. Bukan tanpa alasan, karena
tim yang mereka hadapi memang bukan tim sembarangan. Brazil adalah salah satu
timnas yang punya potensi besar menjuarai Piala Dunia 2018. Sehingga, Swiss
berusaha keras untuk membuat tim bermain sebagai suatu kesatuan agar tak ada
pemecahan konsentrasi di dalam taktik permainannya.
Hal ini tentu berbeda
dengan Brazil yang banyak mengalirkan bola ke kaki Neymar untuk mengharapkan
adanya magis yang bisa dilakukan dan menghasilkan peluang atau gol kepada
Brazil. Sampai pada suatu titik yang dapat diakui bahwa Brazil bukan hanya
dengan menempatkan Neymar sebagai bintang lapangan. Tapi, masih ada
pemain-pemain lain yang dapat membuat keputusan penting saat mendapatkan
kesempatan menguasai bola. Dialah, Phillipe Coutinho—Brazillian baru yang
dimiliki Barcelona. Tanpa banyak aksi berlebihan, namun dia mampu melepaskan
tendangan favoritnya dari sudut luar kotak penalti dengan menempatkan bola
bersarang di pojok tiang jauh gawang dari Swiss. Lahirlah gol pertama Brazil
dari kaki eks Liverpool dan Inter Milan ini. Bukan Neymar, juga bukan Gabriel
Jesus—yang mana mungkin dua pemain ini lebih diperhatikan oleh lini pertahanan
Swiss dibandingkan Coutinho dan pemain lainnya. Beruntungnya Brazil masih
memiliki Coutinho. Sehingga langkah sukses Brazil bisa jadi dimulai dari
Coutinho. Entah apakah Brazil dapat merealisasikan mimpi mereka menjadi kampiun
di gelaran Piala Dunia di negara Vladimir Putin ini atau tidak. Tapi yang
jelas, kita harus mulai memperhatikan kiprah bintang Brazil lainnya ini selain
Neymar. Dan tim-tim lain harus mulai memperhitungkan setiap aksi Coutinho dalam
menguasai bola ataupun mencari pergerakan bola. Karena, dialah yang mungkin
akan memulai panasnya goyangan Samba.
So, let’s we see!
So, let’s we see!
Comments
Post a Comment