Selamat Datang Piala Dunia 2018!

Piala Dunia 2018 dan Kemenangan Telak Rusia atas Arab Saudi


sumber gambar: akun Instagram @fifaworldcup


Tepat pada 14 Juni 2018, Piala Dunia di Rusia resmi digelar. Dibuka dengan pagelaran nyanyian, tarian, dan kampanye pengenalan kontestan yang akan berkompetisi di negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin. Piala Dunia hadir bersamaan dengan berakhirnya bulan Ramadan atau bulan puasa bagi umat Islam se-dunia. Sekaligus mengiringi perayaan hari raya Idul Fitri 1439 Hijriyah pada 15 Juni 2018 keesokannya. Bagi para pecinta sepak bola pasti momen ini sangat dinantikan. Setiap 4 tahun sekali publik dunia disuguhkan pertandingan besar yang berisikan para pemain hebat dari seluruh negara. Mereka yang sebelumnya sudah dikenal ketika berkarir di klub-klub sepak bola (khususnya Eropa), akan dinantikan kiprahnya dalam membawa negaranya sampai ke fase tertinggi di Piala Dunia.

Meninjau kembali ke belakang atau 4 tahun sebelumnya, bahwa kita sudah menjadi saksi pada kemenangan timnas Jerman dalam laga final kontra timnas unggulan lainnya, Argentina. Pertemuan yang dinantikan karena kedua negara  tersebut memiliki skuad yang mumpuni di generasi tim tahun 2014 saat itu. Soal kebintangan, memang sulit menemukan pesepakbola lainnya selain Lionel Messi. Namun, secara keuntungan, timnas Jerman memiliki permainan tim yang solid dan tidak bergantung pada satu atau dua pemain saja. Tengok saja pada siapa yang mencetak gol semata wayang di final tersebut. Mario Goetze! Pemain muda Jerman yang menjadi komoditi panas dalam bursa transfer yang melibatkan dua klub raksasa Jerman--Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund, telah menghadirkan petaka bagi timnas Argentina yang dinilai terlalu bergantung pada permainan Lionel Messi. Gol-gol yang dimiliki Argentina selama fase penyisihan di grup dan fase knock-out pun memperlihatkan bagaimana peran Lionel Messi dalam permainan timnas Argentina. Alhasil, ini menjadi boomerang negatif bagi Argentina ketika menghadapi tim dengan kolektivitas permainan yang solid.

Jerman akhirnya mampu memenangi partai final tersebut dengan penuh kelegaan setelah sumbangsih besar si pemain cadangan Mario Goetze pada saat itu. Kolektivitas permainan mampu mengaburkan prediksi tentang siapa yang akan menjadi bintang di laga yang sangat penting itu. Menariknya, Goetze tak masuk nominasi tiga besar pemain terbaik versi Ballon d'Or seperti Andres Iniesta yang pernah menjadi pencetak gol tunggal dalam laga final di Piala Dunia 4 tahun sebelumnya--2010 di Afrika Selatan. Meskipun begitu, timnas Jerman tetap sangat berbangga diri karena mampu membawa trofi Piala Dunia, bukan Argentina dengan pemain hebatnya--Lionel Messi. Messi memang tak berhasil merengkuh trofi Piala Dunia, namun dirinya tetap menjadi peraih Ballon d'Or pada tahun 2015. Karena, dunia sangat tahu bagaimana peran Lionel Messi di dalam permainan tim, baik itu di timnas Argentina maupun di klubnya--FC Barcelona.

Kini, kita sudah melalui 4 tahun pasca Piala Dunia di Brazil, dan kita sudah saatnya berfokus dalam menikmati setiap pertandingan di fase grup. Mencoba memprediksi timnas mana saja yang akan lolos ke fase gugur 16 besar sampai final. Favorit juara untuk tahun ini banyak yang mengatakan Brazil akan menyandang titel sebagai timnas terbaik di Piala Dunia 2018. Disusul juara bertahan--Jerman, lalu ada skuad penuh pemain potensial di timnas Perancis, dan terakhir ada nama Argentina di sana yang kemungkinan masih ingin kembali bertarung sampai fase final dan mencoba lagi untuk merengkuh trofi Piala Dunia yang sudah lama tak mampir ke negeri penghasil bintang-bintang sepakbola seperti Batistuta, Mario Kempes, Maradona, hingga Lionel Messi dan para generasi muda--Mauro Icardi, Paulo Dybala, dan lainnya. Keempat negara tersebut menurut penulis, memiliki potensi lebih besar dalam mengejar trofi Piala Dunia. Meskipun tanpa menurunkan rasa hormat pada timnas lainnya.

Spanyol masih tetaplah Spanyol. Mereka kini sudah memiliki skuad yang lebih muda dan punya jam terbang yang tinggi di level klub masing-masing. Namun, ada faktor X yang menjadi keraguan terhadap kiprah mereka. Faktor X-nya adalah pergantian pelatih di H-1 kick-off Piala Dunia. Julen Lopetegui dipecat karena menerima pinangan Real Madrid dan kini timnas Spanyol dilatih oleh Hierro. Menurut penulis, menjadi pelatih klub saja tak mudah, apalagi menjadi klub timnas. Dan tak main-main, ini adalah timnas Spanyol. Pemilik De Gea, Sergio Ramos, Gerard Pique, dan Andres Iniesta di dalam skuadnya. Meskipun, ada anggapan bahwa strategi permainan akan dibantu oleh para pemain yang sudah penuh pengalaman. Namun, karismatik dari pelatih tetap dibutuhkan. Selain dari karakter pribadi sampai jam terbang kepelatihannya. Hal-hal itu dapat menjadi faktor penentu keberhasilan sebuah tim, khususnya tim nasional. Mengingat ini adalah turnamen besar yang membawa nama negara di dada para pemainnya. Bahkan potensi bentrok antar rekan setim di klub pun selalu ada. Maka inilah yang menjadi permasalahan terhadap prediksi laju Spanyol kali ini. Meskipun bukan hal mustahil bagi mereka untuk melangkah sampai partai puncaknya.

Lalu, bagaimana dengan timnas lainnya? Secara pribadi, penulis belum mengenal cukup detil soal peta kekuatan di masing-masing timnas--sebatas mengetahui bahwa di timnas tersebut ada pemain-pemain tertentu yang punya potensi dapat mendongkrak permainan timnya. Seperti Mohamed Salah di Mesir, Sadio Mane di Senegal, Luis Suarez dan Edinson Cavani di Uruguay, Eden Hazard di Belgia, dan Radamel Falcao di Kolombia misalnya. Mereka secara individu merupakan pemain-pemain berlabel bintang, namun secara tim belum tentu dapat menghasilkan strategi jitu dalam memenangkan pertandingan. Bahkan skuad Brazil dan Spanyol tahun 2014 saja bisa dinilai gagal total meskipun pemain berlabel bintangnya sudah (pasti) lebih dari satu-dua pemain. Memang akan kembali pada bagaimana racikan strategi dari pelatihnya, dan bagaimana keberhasilan para pemainnya untuk mengerahkan kemampuannya semaksimal mungkin di setiap laga di fase grup. Selain itu, menghindarkan pemain kuncinya dari cedera juga merupakan kunci lain dalam upaya lolos dari grup hingga mencoba bertahan sejauh mungkin di fase gugur.

Lalu, bagaimana dengan timnas dari benua Asia? Seberapa jauh kah mereka akan berlaga di Piala Dunia tahun ini? Diantaranya ada timnas Jepang yang dinilai masih memiliki taji. Hal ini tak lepas dari keberadaan para pemain yang telah dan sedang berkompetisi bersama klub-klub di Eropa, dan juga karena faktor kompetisi liga domestik yang dinilai sangat kompetitif dan juga selalu mampu menghasilkan pemain-pemain muda potensial. Menariknya adalah publik pecinta bola dewasa ini sudah sangat mengenali atmosfer sepak bola di benua Asia. Hal ini didukung dengan fakta transfer pemain-pemain Eropa yang masih produktif ke beberapa liga domestik di Asia. Khususnya di Jepang dan China. Liga China sudah dikenal sebagai lumbung emas bagi para pemain produktif yang namanya mulai tersingkirkan dari peta persaingan sebagai pemain terbaik. Carlos Tevez yang sebenarnya secara kualitas masih mumpuni, memilih hengkang ke liga China karena secara kompetisi individu sudah mulai kalah dengan Sergio Aguero misalnya. Begitu pula dengan Oscar. Gelandang asal Brazil ini sebenarnya masih muda dan potensial untuk tetap berada di barisan pemain tengah papan atas di Eropa. Namun, dia memilih pergi dari Chelsea dan merapat ke Liga China. Tak lupa dengan Andres Iniesta yang perjalanan karirnya akan berlanjut di Liga Jepang. Sungguh menarik, bukan?

Kini, sebagai pagelaran sepak bola kelas wahid di dunia ini, kita tak pernah bisa melupakan soal kiprah tuan rumahnya. Ya, tahun ini Piala Dunia dihelat di Rusia. Negara dengan luas daratan terluas di dunia ini menempatkan timnas negaranya untuk bertarung di gelanggang. Sedikit menilik sejarah singkat di dua pagelaran terakhir--2010 dan 2014, kiprah tuan rumah pada saat itu memiliki jalan akhir berbeda, namun sama. Berbeda, karena timnas Afrika Selatan (Afsel) gagal lolos dari fase grup Piala Dunia 2010, sedangkan timnas Brazil lolos dari fase grup. Samanya adalah mereka angkat koper dari gelanggang tempur sebelum final. Mungkin Afsel lebih dini dan dianggap wajar karena secara potensi di dalam skuadnya masih sangat kalah jauh dibandingkan negara-negara lain. Bahkan mereka jelas belum bisa menyamai level permainan Ghana pada saat itu (dengan Asamoah Gyan dan Kevin-Prince Boateng) yang dinilai menjadi wakil benua Afrika yang sangat merepotkan laju banyak negara. Sedangkan Brazil gugur dengan catatan sejarah baru yang mencoreng kapasitas mereka sebagai negara yang melahirkan banyak pemain berkualitas--salah satunya adalah Neymar Jr, namun digebuk 7 gol oleh Jerman. Hal ini membuat langkah sang tuan rumah terhenti sebelum asa merengkuh trofi di rumah sendiri mendekat. Kini, kita patut menantikan kiprah tuan rumah, Rusia. Seberapa jauh mereka tetap bertahan di gelanggang tempur?

Jika menilik hasil di laga perdana sekaligus pembuka Piala Dunia ini, mereka mampu memberikan asa kepada masyarakatnya Vladimir Putin untuk terus mendukung mereka dan menyaksikan usaha mereka di atas lapangan. Bukti gelontoran 5 gol ke gawang Arab Saudi adalah usaha mereka untuk meyakinkan, bahwa mereka tak hanya beruntung masuk ke gelanggang tempur ini karena faktor tuan rumah, namun juga karena mereka punya kapasitas untuk bersaing dengan kontestan-kontestan timnas terbaik dari seluruh benua--konfederasi. Secara kualitas tim, memang Rusia berada di atas Arab Saudi, namun sebenarnya secara permainan, kedua timnas tersebut cukup berimbang. Bedanya, kualitas serangan jauh lebih tajam dan efektif bagi Rusia. Sedangkan Arab Saudi terkesan menurunkan strategi yang terbilang tidak sesuai dengan formasi yang ditampilkan di layar kaca. Secara formasi, Arab Saudi bermain dengan susunan seperti 4-1-4-1, 4-5-1, atau juga 4-2-3-1. Namun realitanya, tidak secara kompak alur permainan mengalir dari tengah. Mereka memanfaatkan sisi sayap untuk menusuk pertahanan Rusia--faktor lini tengah Rusia memakai zona marking saat bertahan. Didukung dengan dua fullback Arab Saudi yang menurut penulis kelewat tinggi posisinya saat akan membangun serangan. Bagaimana tidak tinggi(?), ketika bola masih dipegang salah satu dari dua bek tengah, dua pemain fullback kanan dan kiri sudah melewati garis tengah lapangan. Hal ini kemudian membuat dua pemain bertahan di tengah ini kesulitan mengalirkan bola. Sehingga, pemain gelandang bertahan harus turun. Dan ketika pemain ini turun ke pertahanan, satu-dua pemain depan Rusia ikut mendekat, mengejar, dan menekan penguasaan bola Arab Saudi. Hal ini membuat permainan Arab Saudi tak berkembang secara formasi yang mengandalkan 5 pemain di tengah. Di sisi lain, para pemain gagal memaksimalkan peluang-peluang di depan pertahanan lawan sekecil apapun. Mentalitas pun semakin turun ketika gol ketiga bersarang ke gawang mereka. Partai pembuka pun ditutup dengan gol tendangan bebas yang ciamik dan laga usai dengan kemenangan telak tuan rumah Rusia 5-0 atas Arab Saudi. Pertemuan dua negara dengan penghasil minyak tersebut dimenangkan oleh kubu tuan rumah--dengan dukungan penuh dari masyarakatnya yang entah sudah gila bola atau baru gila bola setelah negaranya menjadi tuan rumah Piala Dunia.

Piala Dunia masih akan berlangsung selama sebulan. Satu pertandingan baru terlewati. Jadi, soal prediksi siapa yang akan juara, kita harus melihat perjuangan semua timnas di 8 grup tersebut. Bagaimana mereka mampu keluar sebagai juara grup atau runner-up grup, dan bertemu dengan tim manakah di fase 16 besar. Dari sanalah, kita mulai terasa adil jika mengandai-andaikan siapa calon juaranya. Brazil dengan pemain-pemain muda dan sedang bersinar (Neymar, Gabriel Jesus, dan Phillipe Coutinho). Jerman dengan pelatih yang sama--Joachim Loew, dan skuad yang sudah regeneratif. Perancis dengan segudang pemain muda yang menyatu dengan pemain-pemain senior (perpaduan Kylian Mbappe-Ousmane Dembele/Antoine Griezmann-Olivier Giroud). Argentina dengan masih adanya Lionel Messi yang akan semakin berperan penting dan didukung oleh ketajaman Paulo Dybala, Gonzalo Higuain, dan Sergio Aguero. Tentunya kita akan menyaksikan negara-negara lain yang di luar prediksi akan berusaha mewujudkan asa mereka menyentuh garis finish dengan trofi Piala Dunia di genggaman.

Ya, mari kita duduk manis, nobar dengan keluarga dan teman biar seru, dan menjadi saksi pagelaran Piala Dunia tahun ini dengan camilan khas Lebaran Idul Fitri 1439 Hijriyah. Momen yang sungguh tepat dan mengasyikan bagi pecinta bola ataupun bagi masyarakat yang kebetulan harus menonton bola karena kebetulan channel di tv-nya hanya ada dua dan itupun yang menayangkan pertandingan Piala Dunia. hehehe...

Selamat berlebaran, mohon maaf lahir dan batin dari pecinta bola untuk semua orang yang membaca laman ini. :)

#HappyEidMubarak
#IdulFitri1439H
#WorldCup2018Russia

Comments

Popular Posts