REVIEW ASSEN BELANDA MotoGP 2018
Sedikit Mengenal Sirkuit Assen Belanda
![]() |
Sirkuit Assen (Tribunnews.com) |
Setelah beberapa waktu ini, penulis lebih asyik
mengunggah pembahasan tentang sepak bola khususnya pertandingan-pertandingan di
Piala Dunia 2018. Maka, pada kesempatan ini, penulis akan berbagi pendapat
penulis tentang salah satu balapan di Moto GP 2018, tepatnya di sirkuit Assen Belanda.
Di sirkuit ini, penulis memiliki beberapa pendapat
tentang bagaimana sirkuit itu dan bagaimana pebalap yang harus melahap setiap
rintangan di trek tersebut, baik itu di lintasan lurus, di tikungan, maupun
saat harus berduel dengan pebalap-pebalap lainnya. Termasuk bagaimana pebalap
harus mengelola ban dan kinerja motornya saat itu. Tentunya hal ini berdasarkan
pengamatan sederhana penulis yang hanya dapat menonton di siaran stasiun
televisi domestik. Ditambah dengan jam terbang dalam membaca berita-berita yang
mengekspos tentang MotoGP. Uniknya, juga akan ada sisipan dari tambahan
pengalaman penulis dalam ‘membalap’ di sirkuit Assen dengan bantuan game virtual MotoGP yang turut andil
melihat bagaimana situasi ketika harus membalap di sirkuit tersebut.
![]() |
Sirkuit Assen dengan tikungannya. (Kusnantokarasan.com) |
Langsung saja, kita merujuk pada karakteristik sirkuit
yang memiliki beberapa bagian treknya yang membutuhkan kemampuan motor dalam
berakselerasi. Khususnya ketika memasuki tikungan ke-12, 13, dan 14. Di tiga
tikungan tersebut, motor selain harus memacu kecepatan sekitar 265 km/h, juga
harus dapat menjaga ke-stabilan motor untuk bergerak mengikuti alur
tikungannya. Terlebih ketika measuki tikungan ke-13 lalu ke-14, di sana pebalap
harus cukup jeli memainkan kecepatan motornya agar tidak mudah dilewati lawan.
Karena di titik ini, kemungkinan disalip oleh pebalap lain yang jauh lebih
agresif akan besar karena terkadang pebalap yang di depan kurang tepat untuk
mengatur kecepatan motor dalam menaklukan tiga tikungan tersebut sebelum harus
memasuki tikungan ke-16 yang mana di tikungan ini, motor harus berada di
kecepatan yang cukup minimum agar dapat segera masuk dan keluar dari tikungan
terakhir.
Soal pengaturan batas-batas ini, sebenarnya Yamaha sangat diunggulkan. Mengingat
motor ini konon kabarnya lebih halus mesinnya, sehingga lebih mudah
dikendalikan saat melaju kencang namun harus menaklukan tikungan cepat. Tapi,
di sisi lain, motor seperti Honda pun dapat menaklukan sirkuit ini jika mereka
mampu memaksimalkan kecepatan di beberapa titik. Contohnya ketika keluar dari
tikungan 11, maka biasanya motor-motor bertipe Honda akan dapat langsung melahap tikungan 12 dengan kecepatan
150-an km/h lebih dan kemudian menuju ke kecepatan 200-an km/h saat menaklukan
13 dan 14 sebelum mulai menurunkannya di tikungan 15 dan 16.
Sedangkan bagi motor Ducati,
mereka lebih tangguh saat di trek antara tikungan 5-6-7 sebelum menurunkan
kecepatan mereka di tikungan 8. Di bagian ini, persaingan dengan Honda juga
cukup menarik. Karena Honda juga memiliki power yang tinggi yang dapat
menyaingi kecepatan Ducati. Maka tak heran jika pada tahun ini, Assen menjadi
salah satu tempat pertarungan seru. Karena semua pebalap dari berbagai pabrikan
mampu bersaing di depan. Termasuk pabrikan Suzuki.
Ditunggangi oleh dua pebalap yang berkarakteristik cukup berbeda—Andrea Iannnone dan Alex
Rins, motor Suzuki dapat bersaing cukup ketat di beberapa jalur. Motor ini
mungkin menjadi motor yang terlihat cukup unggul dalam menaklukan
tikungan-tikungan transisi menuju ke jalur cepat, seperti di tikungan 9-10-11.
Hanya saja di tikungan ini pula, perlu adanya perhitungan tepat dalam mengambil
racing-line. Karena tak menutup
kemungkinan pebalap akan sedikit melebar di tikungan ini, dan dapat
dimanfaatkan pebalap di belakangnya untuk overtaking.
Sebenarnya tak hanya soal karakteristik motor yang dapat
menentukan hasil balapan di sirkuit ini. Namun, juga soal bagaimana pemilihan
ban dengan temperatur lintasan dan dengan ketatnya persaingan saat di lintasan.
Pemilihan ban soft-soft memang akan
membuat motor dapat melaju lebih kencang karena sentuhan ban dengan aspal sudah
cukup ‘lengket’, sehingga membuat pebalap cepat mendapat feel untuk segera memacu motonya dengan kecepatan maksimal. Namun,
di sisi lain, ban soft-soft akan
segera habis jika kecepatan motor terus berada dalam batas maksimal atau
mungkin lebih, karena harus menghadapi persaingan sengit dengan pebalap lainnya
yang berhasil menyejajarkan kecepatannya.
Ambil contoh pada performa Jorge Lorenzo dengan motornya Ducati dan pilihan ban depan-belakang
S-S di balapan saat itu. Dia memang berhasil melaju kencang dari awal. Namun
kemudian, mulai kedodoran menjelang pertengahan dan akhir. Ketika ban
benar-benar sudah aus, dan berhasil disalip oleh pebalap-pebalap lain yang
masih cukup kuat untuk bertarung di depan. Di sini, jelas harus ada keberanian
untuk melakukan kombinasi pemilihan ban, misalnya medium-soft, atau jika ingin tetap bertarung di depan dari awal
sampai akhir, maka dapat memilih medium-medium,
atau hard-medium. Meskipun dengan
konsekuensi bahwa mereka akan sulit untuk segera merapat ke barisan depan dari
awal, jika tak ingin tergelincir.
Setelah pemilihan ban, jalannya balapan juga turut
ditentukan oleh kecerdikan pebalap dalam mengambil posisi pebalap lainnya. Dan
di sini, biasanya ada kaitannya dengan pengalaman pebalap yang bersangkutan. Contohnya
adalah pebalap kawakan asal Italia, Valentino Rossi. Si pemilik nomor 46 ini
seringkali menyalip pebalap di tikungan akhir sirkuit ini, karena dirinya tahu
betul bahwa motornya dapat memasuki tikungan lambat lebih cepat dibandingkan
motor lainnya—Ducati misalnya, sehingga dia dapat mengambil keputusan itu
bahkan sampai di lap terakhir pun dia berupaya untuk melakukan hal yang sama.
Keputusan ini murni karena naluri pebalap yang harus selalu lebih cepat
dibanding pebalap lain sekaligus juga karena pengalaman dan kecocokan kemampuan
motornya.
Poin terakhir tentang hasil balapan kelas MotoGP di Assen
tahun ini, adalah keberhasilan pebalap Honda Marc Marquez dalam memaksimalkan power dan akselerasi motornya dengan
disinkronisasikan pada gaya balapnya yang agresif dan berani ambil resiko dalam
menaklukan trek-trek tricky yang
dimiliki Assen. Hal ini juga berlaku pada pebalap Honda lainnya, Carl Crutchlow
yang juga memiliki gaya balap yang nyaris serupa dengan Marquez. Hanya saja
pebalap LCR Honda ini terjebak di grup yang memperebutkan podium 2 dan 3 yang
pada akhirnya diraih oleh Alex Rins dan Maverick Vinales. Dua pebalap yang
berhasil keluar dari kesulitan dalam menaklukan Assen dengan karakter motor
yang berbeda namun dengan perhitungan yang cukup tepat dalam menghadapi
tikungan-tikungan krusial.
—
Demikian hasil review tentang lanjutan balapan di MotoGP
tahun 2018 ini di Assen Belanda. Semoga akan ada pembahasan-pembahasan lainnya
yang menarik tentang MotoGP di postingan selanjutnya. Stay tune!
Comments
Post a Comment