Review Piala Dunia 2018 (Chapter 1)
![]() |
sumber gambar: idntimes |
Part 3
Di laga selanjutnya yang menarik untuk kembali ditinjau kembali adalah laga yang mempertemukan skuad emas Belgia melawan timnas debutan di Piala Dunia 2018 ini, Panama. Memang di laga ini nyaris 1/3 dari publik pecinta bola akan memprediksi bahwa kemenangan akan diraih dengan (lebih) mudah—dibanding lawan-lawan selanjutnya di fase grup, karena memang secara kualitas individu sampai organisasi permainan secara tim lebih mengunggulkan Belgia. Hanya ‘keajaiban’ dengan permainan yang solid dari Panama yang bisa menahan gempuran Romelu Lukaku dkk. Meskipun begitu, seluruh warga negara Panama jelas sangat bersemangat ketika menyaksikan timnasnya dapat berpartisipasi langsung dan dapat berduel dengan seluruh pemain-pemain yang sudah terkenal ke segala penjuru publik pecinta bola. Mereka (warga Panama) jelas menjadi ¼ dari ‘penduduk bola’ yang mencoba memprediksi bahwa timnas Panama mungkin dapat mengalahkan skuad arah Roberto Martinez.
Di babak pertama, sebenarnya secara permainan Panama mampu mengimbangi permainan Belgia yang masih belum panas secara orginisir permainan. Hanya saja ada dua hal yang menarik di laga ini dan dapat menjadi bagian dari analisa, “mengapa tim besar dapat menjamin peluang untuk meraih kemenangan”.
Poin pertama adalah, setiap pemain mampu mengenali positioning dan moving dari rekan-rekannya. Khususnya, saat menyusun skema penyerangan. Di pertandingan ini, kubu Panama bukannya tak dapat menyusun serangan. Justru ketika di babak pertama, mereka cukup agresif dalam upaya ‘mencoba’ untuk menyerang ke lini pertahanan Belgia. Namun yang disayangkan adalah ketika ada suatu momen di mana seharusnya bola di-through-pass ke rekannya yang bergerak ke depan—seperti gol Lukaku dari operan Eden Hazard, namun si pemain Panama tak melakukannya. Alhasil peluang pun tak berhasil diciptakan. Karena, (menurut penulis) momentum tim non-unggulan untuk dapat mencetak gol adalah di menit-menit awal, di mana tim unggulan masih berupaya mengembangankan taktik permainan dari instruksi ke bentuk permainan. Sedangkan, tim non-unggulan apalagi yang baru debut di atas lapangan Piala Dunia, mereka seharusnya lebih lepas dari beban. Kecuali beban untuk tidak menjadi lumbung gol bagi tim-tim lawan. Mungkin, dari sanalah letak perbedaannya antara permainan Belgia dengan Panama. Pemain-pemain Belgia lebih tenang dan tahu kemana bola harus dialirkan ketika ada pergerakan dari rekan setimnya. Termasuk dalam hal bertahan. Para pemain Panama seharusnya ada yang tahu daerah-daerah kosong di area permainannya yang dapat dieksplotasi oleh lawan ketika mereka dalam kondisi tertekan. Menggunakan zona marking lebih bagus daripada man-to-man marking, karena para pemain Belgia jelas semuanya bagus-bagus secara skill. Hanya tinggal bagaimana menjauhkan Lukaku dari peluangnya mencetak gol, dan mengisolasi Eden Hazard dan Kevin De Bruyne agar tak bisa bebas mengalirkan bola.
Poin kedua adalah berani mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Hal ini, ada kaitannya ketika dalam hal passing, karena di sini pula ada perbedaan yang mendasar ketika para pemain Panama berhasil menguasai bola. Mereka cenderung kesulitan mengalirkan bola dengan cepat dan tepat. Cepat artinya, segera mengalirkan bola ke depan. Karena sebagai tim yang minim penguasaan bola, itulah (serangan balik) senjata yang bisa dimanfaatkan untuk mencuri peluang. Syukur-syukur kalau dapat berbuah gol. Sayangnya, permainan Panama dalam membangun serangan seolah-olah mirip Spanyol, yang seringkali membangun serangan dengan passing sejajar antar pemain, tidak berani berspekulasi untuk melepaskan umpan terobosan ke depan satu pemain pertama yang memegang bola ketika ada momen untuk melakukannya—masa transisi dari bertahan ke menyerang. Sebagai tim non unggulan, mencoba melakukan strategi seperti ini (menurut penulis) dapat merepotkan permainan bertahan tim unggulan. Karena mereka seringkali tidak siap menyapu serangan balik dari lawan di saat mereka kehilangan ball possession—seperti Spanyol, dan Argentina contohnya. Berbeda dengan Belgia yang berani melakuakan passing-passing jauh, karena mereka tahu bahwa ada pemain-pemain yang dapat berduel mengejar bola tersebut. Misalnya, Lukaku. Sedangkan tepat itu artinya, si pemain harus tahu dulu ke mana pergerakan rekannya sebelum melepaskan operan. Hal ini sebenarnya berkaitan kuat dengan ‘mengenali pengambilan posisi’ rekan setim. Di poin kedua ini juga tak hanya membicarakan soal penyerangan tapi juga dalam hal pertahanan. Bagaimana bola harus segera dibuang jauh dari kotak penalti. Bagaimana caranya menghentikan pergerakan Eden Hazard, yang hal ini kurang dapat dilakukan oleh para pemain Panama. Apalagi sang kapten Panama juga terlihat masih kesulitan beradaptasi di laga penting tersebut.
Terlepas dari kekalahan Panama dari Belgia dengan skor akhir 3-0, penulis telah mengapresiasi bagaimana secara tim, Panama masih bisa menahan perkembangan permainan Belgia yang memang masih belum sepenuhnya ‘panas’ di laga tersebut. Nilai lebihnya Belgia adalah mereka mampu memaksimalkan momentum ketika bertemu dengan Panama untuk dapat meraih hasil maksimal sebelum bertemu dengan Tunisia dan Inggris, yang secara tim lebih kuat dibandingkan Panama (tanpa mengurangi rasa hormat kepada timnas Panama). Sekaligus menjadi ajang pembuktian bahwa mereka (Belgia) sebagai tim yang berisi pemain-pemain muda yang penuh talenta dapat membuka asa dalam berpacu merebut trofi Piala Dunia di Rusia ini.
Comments
Post a Comment