REVIEW PIALA DUNIA 2018 (Chapter 9)


Sedikit mengenali 6 Pelatih timnas sepakbola di Piala Dunia 2018 Rusia


Sumber gambar: Brilio.net
Kompetisi Piala Dunia memang sudah berakhir sekitar dua pekan lalu (15/07), namun kita tentu masih belum melupakan semua cerita manis-pahit di gelaran sepakbola internasional 4 tahunan itu. Banyak cerita yang menyertai keberlangsungan turnamen yang digelar di negara dengan daratan luas dan dengan iklim yang dingin, Rusia. Tak hanya menyoroti sepak terjang para pemain pembela negaranya masing-masing. Namun juga tak bisa melupakan kiprah dari para pelatih yang berhasil meraaih catatan tersendiri baik secara pribadi maupun berdampak ke publik yang telah melihat hasil kerjanya di lapangan.
Pada kesempatan ini, penulis akan membahas tentang 6 pelatih yang menurut pandangan pribadi telah berhasil mempersembahkan usahanya yang maksimal demi kejayaan timnas yang diasuhnya. Enam pelatih tersebut adalah Stanislav Cherchesov (Rusia), Hernan Dario Gomez (Panama), Shin Tae-yong (Korsel), Aliou Cisse (Senegal), Zlatko Dalic (Kroasia), Didier Deschamps (Perancis).

Stanislav Cherchesov (Iran Sports Press)

Dimulai dari Stanislav Cherchesov yang memiliki jam terbang tinggi dalam mengasuh timnas di beberapa negara. Kepelatihannya di timnas Rusia pun berhasil membuat publik (tuan rumah) patut berbangga hati, karena berhasil menembus sampai fase perempat final—sebelum disingkirkan Kroasia. Padahal selama persiapannya, timnas ini dianggap belum maksimal. Termasuk soal kualitas para pemain di dalam skuadnya yang dinilai publik tak sementereng timnas dari benua Eropa lainnya. Bahkan soal mngenali para pemainnya saja, seandainya tidak terbantu oleh kiprah klub-klubnya seperti CSKA Moskow misalnya di kompetisi Eropa dan kemudian bertemu dengan klub-klub besar—misalnya Arsenal, tentu tak banyak orang dapat mengenal siapa Alan Dzagoev misalnya (meskipun pemain ini sudah cukup lama memperkuat timnas Rusia). Atau penjaga gawang yang punya pengalaman tinggi di beberapa klub seperti Igor Akinfeev. Juga tak boleh dilupakan soal kiprah Dennis Cheryshev yang pernah berkostum tim besar Eropa dari Spanyol, Real Madrid.
Di sini secara garis besar, Cherchesov dianggap berhasil membawa timnya untuk dapat bermain maksimal secara tim—komunal dan juga penuh enerji dengan memanfaatkan atmosfer publik sendiri sebagai tuan rumah. Kerja sama tim cukup terasa di timnas Rusia ini—mungkin karena merasa bukan tim unggulan, sehingga cukup dirasa dapat merepotkan langkah timnas lainnya yang lebih bagus secara kualitas pemain dan permainan (seharusnya).
Lolos sebagai runner-up grup di bawah Uruguay namun mampu menyingkirkan Spanyol yang (masih) dianggap tim yang cukup difavoritkan—setidaknya lebih dari 16 besar, tentu bukan hal yang patut dianggap biasa. Karena, tim ini masihlah dianggap sebagai pemanis di turnamen—tanpa mengurangi rasa hormat, namun justru mampu membangunkan optimisme masyarakat Rusia untuk semakin berbondong-bondong memenuhi tribun stadion yang menggelar laga yang dijalani Golovin dkk. Hal ini tentu menarik dan patut diapresiasi bagaimana kinerja sang pelatih bersama para pemainnya untuk dapat “menjadi penjamu tamu-tamu dengan suguhan yang terbaik”. Sebenarnya, bukan hal mudah bagi tim tuan rumah untuk dapat tampil maksimal meskipun di kandang sendiri. Karena, adanya faktor tekanan terhadap target yang semaksimal mungkin meski tanpa sumber daya yang maksimal. Namun, dengan kerja keras bersama-sama, mereka bersama pelatih berkebangsaan Rusia itu, berhasil membuat Vladimir Putin dan rakyatnya tak terlalu sedih meski hanya sampai di babak 8 besar. Karena, mereka sudah berhasil bekerja maksimal, dan publik secara luas pun mengetahui itu, bahkan mungkin turut terharu ketika melihat bagaimana perjuangan mereka saat berhadapan dengan Kroasia. Sungguh luar biasa!

Hernan Dario Gomez (Akurat.co)

Setelah pelatih tuan rumah, kini kita menuju ke pelatih timnas debutan di Piala Dunia 2018 ini, yaitu Panama. Panama dilatih oleh Hernan Dario Gomez, yang secara pengalaman juga tak kalah tinggi dengan pelatih-pelatih lainnya. Secara kualitas melatih, dirinya tak begitu diragukan lagi. Hanya saja, kendala ada di timnas Panama—skuadnya. Mereka benar-benar baru pertama kali menginjakkan kaki di turnamen sebesar ini dan langsung berhadapan dengan tim besar seperti Belgia. Kesan pertama yang menarik bagi penulis tentang pelatih ini adalah bagaimana gesturnya yang terlihat seperti bapak yang sedang melihat anak-anaknya baru pertama kali bermain bola. Ekspresinya tenang dan kadangkala terselip senyum kebapakan yang memaklumi adanya kesalahan dari pemainnya karena masih demam panggung. Fenomena ini menarik, meskipun terlihat hanya di 45 menit babak pertama. Setelah itu, sang pelatih terlebih normal dan seolah-olah memperlihatkan bahwa masa adaptasi para pemain Panama sudah selesai. Kini, saatnya mencari pembuktian.
Untuk itulah permainan Panama mulai terlihat lebih normal, meskipun semakin tertekan. Namun, setidaknya kita sudah dapat melihat bahwa sang pelatih sudah serius dan ingin melihat para pemainnya juga serius menjalani laga-laga di Piala Dunia pertamanya. Meski akhirnya mereka gugur di fase grup dan menjadi bulan-bulanan lawan-lawannya, setidaknya mereka sudah berhasil melangkah jauh bahkan lebih jauh dari timnas lainnya dari benua Amerika. Sehingga, pencapaian sang pelatih bersama timnas Panama adalah suatu kerja bagus yang diharapkan dapat terulang lagi di 4 tahun mendatang.

Shin Tae-Yong (Zimbio.com)

Langsung beralih ke pelatih timnas Korea Selatan, Shin Tae-Yong. Secara gestur sang pelatih terlihat cool, dan selalu yakin bahwa pemain-pemainnya mampu bertarung semaksimalnya saat menghadapi lawan-lawannya. Termasuk di saat mereka yang sudah pasti gugur sebelum melakoni laga pamungkasnya di fase grup melawan Jerman. Di laga terakhir inilah, kita dapat melihat bahwa ada keteladanan yang patut diambil dari cara kerja timnas Korsel ini dengan pelatih tersebut. Yaitu, bermain all out dan tak ada kata selesai sebelum peluit akhir ditiup sang pengadil lapangan. Keberhasilan mengalahkan Neuer dkk dan membuat Jerman harus angkat koper dan pulang ke negaranya adalah suatu catatan menarik dan tidak mungkin dilupakan oleh para pemain timnas Korsel saat itu, meskipun mereka juga harus kembali ke Seoul. Setidaknya, semangat juang tetap berkobar sampai akhir dan seperti itulah harapan yang selalu ditanamkan oleh pelatih manapun ke tim asuhannya, termasuk pelatih Korsel ini.

Aliou Cisse (Sputniknews.com)

Lalu, bagaimana dengan kisah pelatih timnas Senegal?
Pelatih yang bergaya nyentrik dengan rambutnya yang terlihat seperti seniman Reggae ini, berhasil membuat langkah Sadio Mane dkk di fase grup cukup meyakinkan. Meski pada akhirnya mereka harus menerima kenyataan, bahwa mereka harus kalah bersaing dalam perebutan posisi runner-up di klasemen akhir grup dengan timnas Jepang. Secara permainan, tim ini mampu tampil solid dan tangguh dalam berduel dengan pemain tim lawan, seperti saat bersua dengan timnas Polandia. Keberhasilan mengalahkan tim asal Eropa tersebut tak lepas dari keberhasilan dalam menerjemahkan instruksi sang pelatih yang ekspresif tersebut. Dan menurut penulis, pelatih ini sangat dihormati oleh para pemain. Dan itu sangat penting bagi sebuah tim dan cara kerja yang positif. Artinya, para pemain tahu porsinya dan mereka harus menerima kehadiran pelatih dengan upaya melakukan intruksi dari pelatihnya.
Aliou Cisse seringkali terlihat langsung merespon taktik bermain lawan, dan terlihat cukup jeli dalam mengamati pola permainan lawan. Tak lupa, dia juga acapkali menginstruksikan ke pemain dengan memperlihatkan catatannya tanpa harus dibantu oleh asistennya. Hal ini jelas menarik dan penting bagi pemain ketika mereka memiliki pelatih yang percaya diri terhadap taktiknya. Sesuatu yang terkadang sudah mulai langka terjadi di pinggir lapangan. Karena, semakin ke sini, banyak asisten pelatih yang justru lebih giat berteriak dan menginstruksikan taktik ke pemainnya dibandingkan sang pelatih utama.

Zlatko Dalic (paraibaurgente.com.br)

Pelatih kelima yang memiliki kiprah spesial di gelaran Piala Dunia ini adalah Zlatko Dalic, sang juru taktik bagi Luka Modric dkk. Keberadaannya jelas sangat vital dalam keberhasilan Kroasia melaju sampai partai puncak dan bertemu dengan jawara tahun 1998, Perancis. Meski akhirnya kalah 4-2 dengan Mbappe dkk, namun timnas Kroasia tetaplah dapat dianggap berhasil mengarungi kompetisi besar ini. Tentunya perjalanan luar biasa tersebut tak bisa lepas dari keberadaan pelatih ini yang telah berhasil memaksimalkan kapasitas pemain-pemainnya untuk dapat bertarung 100% di setiap laga.
Termasuk ketika, mereka harus selalu bermain sampai lebih dari 90 menit di beberapa laga fase gugur sampai akhirnya, kinerja mereka harus menurun saat menghadapi kebringasan permainan Perancis yang selalu berhasil mengandaskan lawan-lawannya tanpa harus melalui babak perpanjangan waktu. Kehadiran pelatih ini juga mirip dengan kehadiran Deschamps di timnas Perancis. Artinya, berhasil memaksimalkan potensi luar biasa milik negeri sendiri untuk dapat meraih hasil positif. Karena, dewasa ini tak banyak timnas memiliki pelatih dari negaranya sendiri dan kemudian mampu meraih hasil maksimal. Selain faktor kepercayaan terhadap kualitas pelatihnya, juga karena faktor target yang dicanangkan selalu tinggi melebihi faktor-faktor pendukung lainnya—skuad pemain pilihan.

Didier Deschamps (Ghanasoccernet.com)

Pembahasan terakhir ini ditutup dengan pencantuman nama Didier Deschamps yang merupakan pelatih sekaligus mantan pemain timnas Perancis yang berhasil mempersembahkan trofi Piala Dunia dua kali (saat menjadi pemain 1998 dan saat menjadi pelatih sekarang). Keberadaan Deschamps di kursi kepelatihan tak lepas dari keberhasilan kariernya sebagai pelatih di level klub yang dinilai sudah mampu untuk membawa Hugo Lloris dkk meraih prestasi tinggi. Memang, langkah Deschamps awalnya tidaklah mulus. Kegagalan di final Piala Eropa 2016 jelas masih menjadi memori buruk bagi dirinya, para pemain dan publik Perancis—mungkin juga fans dari negara-negara lain (termasuk Indonesia). Kegagalan itulah yang disinyalir juga menjadi acuan bagi dirinya untuk berani merombak skuadnya.
Hal ini tentu tak lepas dari keyakinan terhadap potensi baru  dari pemain-pemainnya dan juga harapan yang optimis untuk dapat merengkuh trofi juara Piala Dunia 2018 di benua sendiri. Sistem kerja yang tak terpaku oleh kualitas pemain, melainkan dengan kebutuhan dari taktik ternyata mampu membuat Les Bleus meraih hasil positif di setiap laga di turnamen ini. Para pemain yang dibawa di Rusia ini merupakan pemain-pemain yang sudah jelas spesialisasinya dan dengan kesetaraan kualitas dari penjaga gawang sampai pemain depan.
Menurut penulis, pelatih ini mampu beradaptasi dengan pemain baru (berbeda dari skuad Piala Eropa) dan juga mengevaluasi hasil (yang dianggap) minor sejak laga pertama di fase grup. Formulasi pemain dan taktik pun tak segan untuk dirubah sedikit demi mencari hasil maksimal dengan plan lain. Ketiadaan Olivier Giroud di starting eleven di laga pertama, akhirnya dirubah dengan keberadaan pemain bernomor 9 itu di seluruh laga sampai final sedari menit awal. Meskipun si pemain tak mencetak satu gol pun, namun keberadaannya sangat berarti bagi keberhasilan Perancis mengalahkan lawan-lawannya dengan keleluasaan bermain bagi Antoine Griezmann dan Kylian Mbappe.
Di sinilah letak keberhasilan Deschamps yang kemungkinan dapat menjadi alarm bagi pelatih-pelatih timnas lainnya untuk segera berbenah. Membenahi susunan pemain dan taktik di turnamen lainnya. Sedangkan bagi publik Perancis, hasil juara ini dapat menjadi obat atas kegagalan dua tahun lalu sekaligus menjadikan timnas Perancis sebagai kekuatan lama yang sudah bangun dari tidurnya.

And now, what’s next?
Sepertinya, kita harus terus melihat kiprah selanjutnya dari pelatih-pelatih tersebut. Apakah mereka mampu membawa timnas asuhannya meraih hasil yang lebih baik lagi dari sekarang? Atau setidaknya, masih memiliki kekuatan yang sama seperti saat ini. Sehingga, mampu memberikan suntikan keyakinan kepada publiknya, bahwa mereka memiliki timnas sepakbola yang patut dibanggakan dan selalu didukung dengan sportivitas tinggi apapun hasilnya.

Lalu bagaimana dengan sepakbola Indonesia? Mampukah kembali berprestasi dan memiliki pelatih domestik yang berkualitas dan selalu didukung?
Mari kita lihat....

Comments

Popular Posts