Mengapa Saya Tidak Hanya Menulis Artikel Bola di Kompasiana?

(Kompasiana.com)

Mungkin ada yang melihat saya terkesan tidak ajeg dalam menghasilkan tulisan di Kompasiana. Karena, awalnya (saya niatkan sendiri) ketika masuk ke Kompasiana akan menulis artikel bola (olahraga). Bahkan, sesekali saya mencoba “menyelamatkan” kolom artikel bola dari gempuran tulisan berbau politik dengan komentar-komentar saya ataupun tulisan saya yang cukup menyentil popularitas artikel politik dibandingkan bola. Namun, pada akhirnya saya justru tidaklah sering menulis artikel bola sebanyak Kompasianers yang memang mendedikasikan dirinya sebagai penulis bola dan olahraga.

Sebenarnya, banyak penulis/kontributor Kompasiana yang banyak menempatkan dirinya sebagai penghasil artikel olahraga. Namun, hanya beberapa yang dapat saya kenali, seperti Mbak Ya Yat yang identik dengan MotoGP. Lalu, Pak Hendro “Hensa” Santoso yang selalu uptodate tentang bola. Sedangkan untuk bidang olahraga paling menjanjikan di Indonesia, bulutangkis, sering dihadirkan info-infonya oleh Pak Hadi Santoso.

Lalu, bagaimana dengan saya?

Saya sebenarnya sangat suka dengan olahraga. Khususnya bola dan motogp. Bahkan, sesekali saya menonton pertandingan bulutangkis juga. Ketiga bidang olahraga ini cukup banyak disiarkan di tv domestik. Itulah yang membuat saya sangat ingin menulis artikel tentang olahraga khususnya bola. Karena, memang itu berdasarkan intensitas saya saat menonton tv.

Ketika saya menyalakan tv, pasti itu untuk menonton bola. Kalau Minggu petang, pasti itu untuk menonton MotoGP. Begitu pula jika siang hari, biasanya untuk meng-update tentang pertandingan bulutangkis, walau sangat jarang.

Lalu, mengapa saya tidak intensif juga untuk menuliskan hasil pertandingan-pertandingan itu?

Pertama, menulis artikel olahraga, khususnya bola, harus memperhitungkan soal waktu. Semakin dekat dengan akhir pertandingan, semakin bagus. Namun, hal ini perlu dibedakan. Yaitu, antara tulisan untuk melaporkan (reported) atau tulisan untuk menganalisis (analyzed). Karena, keduanya perlu menghadirkan bentuk tulisan yang berbeda dan membutuhkan waktu yang berbeda pula.

Bagi yang menulis dengan bentuk reportase, pasti akan cepat untuk mengunggahnya. Karena akan lebih cepat selesai. Berbeda dengan menulis dalam bentuk analisis yang harus menyinkronkan konsep permainan di pertandingan tersebut dengan konsep berpikir si penulis berdasarkan pengetahuan dan pemahamannya atas permainan tersebut. Belum lagi dengan penyocokan terhadap data statistik. Ini semakin menambah rentang waktu yang dibutuhkan, karena semakin banyak yang ditulis.

Namun, di sini jam terbang juga sangat mempengaruhi. Semakin terbiasa menghasilkan tulisan analisis, maka semakin cepat pula penulis tersebut dapat menghasilkan tulisan hasil analisis pertandingan hanya dengan jarak maksimal 2 jam pasca laga. Bagaimana dengan saya?

Saya terkadang bisa melakukannya, namun lebih banyak tidak bisa mewujudkannya. Karena, biasanya saya juga tertarik untuk menghadirkan gambar yang sesuai dengan apa yang ada di pikiran saya ketika itu berupa analisis. Salah satu bentuk mudahnya adalah menghadirkan formasi (susunan pemain) yang ideal bagi saya. Maka, saya perlu membuatnya sendiri dan otomatis itu perlu beberapa menit tambahan di luar menulis.

Contohnya seperti di artikel ini: Satu dan Dua.


Faktor lainnya adalah penumpukan artikel yang membahas hal yang sama. Setahu saya, pembaca artikel di Kompasiana sebagian besar adalah penulis yang mendistribusikan tulisannya ke Kompasiana juga. Maka, ketika pola pikir dan bentuk tulisan dari penulis lain ternyata sama, untuk apa menulis hal yang sama? Itulah yang saya pertimbangkan ketika saya tidak mampu mengejar waktu penayangan.

Artinya, menulis di label olahraga dan khususnya bola, kita perlu memperhatikan waktu dan kesamaan visi terhadap objek yang sama. Dari sanalah kita dapat melihat peluang. Ini di luar dari perhitungan soal jumlah pembaca/kunjungan terhadap artikel, lhoh. Jadi, untuk hal ini saya tidak menyertakan faktor trending.

Faktor selanjutnya atau mungkin yang terakhir adalah tentang keluasan informasi dan pemahaman. Dari yang saya alami ketika membaca tulisan non olahraga (perlu diingat jika penulis pasti juga pembaca), saya dapat mengetahui banyak informasi yang updated dan dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Hal ini akan cukup sulit jika saya hanya membaca berita tentang bola, karena yang saya tahu pasti hanya tentang bola saja.
Headline pertama saya adalah artikel bola. (Dokpri/Kompasiana/DEDDYHS_15)

Inilah yang membuat saya akhirnya cenderung fleksibel. Bahkan jika dihitung-hitung, saya cukup banyak menghasilkan tulisan yang berbau humaniora dibandingkan olahraga. Walau, tidak memungkiri juga jika artikel headline saya cukup berimbang antara artikel bola/olahraga dengan artikel non olahraga.
Headline bola kedua saya. (Dokpri/Kompasiana/Deddyhs_15)

Namun, bagi saya, ketika saya lebih sering membaca kabar tentang non olahraga, daya jelajah saya meningkat dan ruang interaksi saya juga meningkat. Contohnya dengan saya dapat mengenali karya-karya Pak Tjiptadinata yang identik dengan humaniora berdasarkan pengalamannya yang sangat banyak. Begitu pula dengan Latifah Maurinta yang identik dengan karya-karya fiksi yang sangat membumi dan selalu menyentil pemikiran saya. Atau yang paling menarik adalah ketika dapat membaca tulisan yang sangat berbau gender dari jemari Bu Leya Cattleya.
Headline Sosbud (masuk Humaniora) saya pertama. (Dokpri/kompasiana/Deddyhs_15)
Headline terbaru saya adalah bola. (Dokpri/Kompasiana/Deddyhs_15)


Inilah yang saya dapatkan ketika saya ternyata tidak hanya menulis tentang olahraga atau bola saja. Anugerah ini bagi saya akan menjauh dari saya jika saya terlampau asyik menghasilkan tulisan yang saya sukai saja. Memang, saya tahu jika itu artinya saya tidak ajeg. Namun, ketika saya dapat menyesuaikan kapasitas saya dengan banyak situasi, maka itu akan sangat menguntungkan bagi saya.

Lalu, apakah ini sudah menjamin kebahagiaan saya dalam hal tulis-menulis?



Malang, 2 Oktober 2019
Deddy Husein S.

Catatan: mungkin Anda merasa bahwa headline saya cukup banyak yang merupakan artikel bola. Namun, sebenarnya jika Anda mengunjungi laman profil saya, Anda dapat melihat bahwa saya banyak menulis yang tidak berbau bola. Link-nya tinggal klik nama saya.

Comments

  1. Weee...sing penting nulis kanggo Urip sesrawungan ben padha seneng kabeh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju Pak Redimeru. Terima kasih sudah berkenan memberikan tanggapan terhadap tulisan ini.

      Delete

Post a Comment

Popular Posts