SIGNAL DAN VAGABOND, BAGUSAN MANA?

Diolah penulis dari Pinterest dan Asianwiki.

Bagi beberapa orang yang bertanya-tanya dalam saku, “mengapa ada ulasan tentang dua serial Korea Selatan ini?” penulis dengan senang menjawabnya. Pengulasan ini adalah untuk menepati “janji” tertulis dalam blog ini bahwa akan ada ulasan-ulasan (semacam review) terkait karya seni yang salah satunya adalah film (atau serial).

Berhubung masih belum ada film yang dapat diulas di blog ini, maka yang diunggah terlebih dahulu adalah tentang serial. Alasannya sederhana, yaitu zaman sekarang menonton serial tv lebih menyenangkan dibandingkan film. Selain dapat ditonton di website atau platform resmi--tanpa dihimbau ke bioskop, juga sudah banyak website yang “tak resmi” telah menyediakan stoknya.

Selain itu, menurut pengamatan abal-abal penulis, website yang hanya menyediakan serial tv apalagi dari Korsel, biasanya tidak terdapat iklan atau konten berbau pornografi. Sehingga aman untuk dikunjungi oleh pencinta serial--segala umur--khususnya serial drama Korsel.

Daripada semakin memanjang tulisan introduction ini, langsung saja kita fokus ke judul; SIGNAL dan VAGABOND.

Bagi penikmat serial tv Korsel, dua judul itu pasti tidak asing. Apalagi yang memang menggandrungi genre action dan mystery (detektifan), pasti akan mengetahui dua judul itu. Memang, secara genre keduanya sama. Hanya beda sajian ide cerita.

Satunya kehilangan seseorang dan pembunuhan berantai, sedang satunya lagi adalah pembunuhan berencana secara massal.

Signal “lahir” duluan (2016), dan tentunya ditonton lebih dahulu dibandingkan Vagabond (2019). Signal juga lebih melibatkan dua aktor senior sebagai pemeran utama, dibandingkan Vagabond yang seperti serial kebanyakan masa kini yang memanfaatkan aktor-aktor yang sesuai zamannya.
Asianwiki

Di Signal, keberadaan Cha Soo-hyeon (diperankan Kim Hye Soo) dan Lee Jae-han (Cho Jin Woong) sangat kuat untuk membuat kesan dramatis dan dag-dig-dugnya dapat. Di sini pengalaman memang tak bisa dipandang sebelah mata, dan secara ide cerita serta penyajiannya, penulis angkat topi. Mereka berhasil memoles dua sosok senior itu menjadi dua tokoh lintas waktu yang sesuai--tidak dipaksakan.

Tentu perhatian penulis ada di sana, di setiap adegan yang mengarah pada zaman 80-an dan 90-an, penulis sangat fokus memperhatikan fisik (postur dan wajah) dua tokoh tersebut. Maklum, perbedaan 20-30 tahunan dengan setting waktu Park Hae-yeong (Lee Je-hoon) jelas bukan perkara mudah.

Namun, keduanya terlihat mampu menunjukkan gestur tepat, disamping penataan dan potongan rambut yang berbeda antara Cha muda dengan Cha senior. Begitu pula pada Lee Jae-han yang sepertinya sedikit sulit, karena secara postur, fisiknya memang besar dan biasanya postur semacam itu sudah pasti mengarah pada fisik orang dewasa. Pekerjaan rumahnya tentu adalah bagaimana fisik Lee di masa kini?

Jika berbicara secara keseluruhan, alur cerita memang dikendalikan oleh Park Hae-yeong yang di sini juga beraksi bagus. Satu-satunya nilai minus dari aktor yang sebenarnya sudah dapat dikatakan senior itu adalah pada ending. Park tersenyum “garing” yang membuat penulis berpikir, mengapa tidak senyum Cha saja yang menjadi ending dari serial ini?

Kira-kira begitulah pendapat penulis terhadap serial Signal. Tidak perlu panjang sekali, agar ulasan untuk Vagabond masih ada ruangnya. Hehe.

Bagaimana dengan Vagabond?
Pinterest

Serial tv ini jelas mendapatkan perhatian karena melibatkan duet aktor tenar, Lee Seung-gi dan Bae Suzy. Lee Seung-gi memerankan Cha Dal-geon sedangkan Bae Suzy memerankan Go Hae-ri.

Jam terbang mereka membuat serial ini menarik untuk diikuti. Apalagi didukung oleh pemeran lainnya yang berkualitas dan tidak asal datang dan pergi seperti Hwang BoRa yang aktingnya khas dan sekilas mirip Lee Ye-eun di The K2.

Berbicara tentang pemerataan peran dan adegan, Vagabond terlihat unggul dibandingkan Signal, karena Shin Sung-rok (sebagai Gi Tae-woong), Moon Jeong-hee (Jessica Lee), dan Lee Gyeung-young (Edward Park) mendapatkan jatah yang luar biasa berpengaruh terhadap alur cerita. Penonton dijamin sering geregetan ketika para aktor itu muncul.

Hanya, yang menjadi klise tentu aksi Cha Dal-geon yang sangat menggambarkan sosok “hero” yang susah dihentikan. Ini yang membedakan konsep Vagabond dengan Signal. Namun, alur semacam ini biasanya disukai oleh penonton konservatif yang menginginkan si tokoh utama dapat bertarung sendirian dan berhasil.

Berbeda dengan Signal, tanpa Park Hae-young tentu misi Lee Jae-han di era baru untuk menghentikan dominasi kebrutalan para “lawan” kerjanya di kepolisian akan menemui kesulitan. Begitu pula sebaliknya, Lee Jae-han mampu memberikan banyak informasi dari masa lalu kepada Park Hae-young yang sudah sulit ditemukan oleh kepolisian era sekarang.

Di sini peran tokoh perempuan juga berbeda. Signal memberikan porsi penting kepada Cha Soo-hyeon yang bahkan terlihat seperti “leader” di serial ini. Sedangkan di Vagabond, Go Hae-ri masih seperti hanya “pemulus” aksi penumpas kejahatan.

Aksi Go Hae-ri baru terlihat powerfull ketika sendirian atau sedang tidak “bersentuhan” dengan Cha Dal-geon. Ini membuat Vagabond lagi-lagi terlihat seperti serial pada umumnya.

Namun sisi menarik dari Vagabond adalah cerita ini dikemas modern, karena melibatkan unsur internasional didalamnya. Artinya, mereka tidak lagi hanya beraksi di situ-situ saja. Ini membuat Vagabond seperti The K2 (2016) dan Terius Behind Me/My Secret Terrius (2018).

Tentu ini menarik, karena penonton tidak lagi hanya diajak main kejar-kejaran di Korsel dari Incheon ke Seoul atau dari Ulsan ke Daegu. Itu membuktikan bahwa produksi serial tv Korsel sudah mendapatkan approve positif dari negara lain, seperti Bollywood yang film-filmnya sudah mendapatkan approve tak hanya di Amerika Serikat dan Inggris, tapi juga di Jerman dan lainnya.

Lalu, jika disuruh memilih, mana yang lebih bagus?

😮🔎❔

Jika pembaca ingin mengetahui cerita yang membahas tentang masa lalu Korsel, Signal adalah jawabannya. Sedangkan bagi penonton masa kini namun menyukai pola adegan konservatif--seperti yang sudah dibahas di atas, Vagabond adalah jawabannya. Lagi pula, Vagabond diprediksi akan ada season keduanya jika merujuk pada salah satu episodenya.

Signal secara kisah jelas sudah cukup berhenti di season 1, kecuali jika mereka ingin membuat versi yang berbeda. Lagi pula secara kualitas mereka sudah tidak perlu diperbaiki kecuali ending yang sampai saat ini masih membayang di penulis, mengapa harus begitu ending-nya?

Ini membuat Signal jika diberikan skor perbandingan secara kisah dan penokohannya dengan Vagabond, hasilnya adalah 55:45. Signal dominan di kisah dan penokohan utama, sedangkan Vagabond di setting dan penokohan non utama. Tentu, ini versi penulis. Jika pembaca memiliki pandangan berbeda, tak masalah.

Hm.., rumit memang jika mengulas tontonan yang sebenarnya sama bagusnya namun harus dikomparasikan semacam ini, hehe. Kira-kira judul tontonan apa lagi yang akan penulis sajikan di lain waktu? Anda punya saran?


Indonesia, 23 Maret 2020
Deddy HS.

Jika ingin tahu:

Comments

Popular Posts