Menantikan Proses Unai Emery Membawa Meriam London Menggapai Kejayaan yang Telah Memudar
Rabu 23 Mei 2018, adalah hari yang bersejarah bagi Arsenal dan para pendukung Arsenal di segala penjuru dunia. Karena, pada hari tersebutlah momen pertama kalinya kita dapat melihat pelatih baru Arsenal sejak 22 tahun dinahkodai oleh Arsene Wenger. Ya, Arsenal yang identik dengan sosok Perancis tersebut kini akan digantikan oleh seorang "entrenador", (sebutan pelatih di Spanyol) Unai Emery.
Tepatkah Arsenal memilih Unai Emery sebagai manajer baru untuk memimpin Mesut Ozil dkk? Jika melihat rekam jejaknya, dia juga merupakan pelatih yang sudah memiliki cukup pengalaman dalam menangangi tim papan atas. Sevilla, Spartak Moscow, dan terakhir Paris Saint Germain adalah penghias CV kepelatihannya. Meskipun, dia lebih dianggap sukses di Sevilla dan PSG. Melatih Sevilla sejak 2013, kemudian mampu merengkuh trofi Liga Eropa sebanyak tiga kali dan berturut-turut (2014-2016). PSG mampu dibawa tetap dominan di kompetisi domestik dengan total 7 trofi. Minus dari kepemimpinannya memang dalam hal membangun mentalitas juara di kancah Eropa khususnya di Liga Champions bersama PSG--dengan skuad penuh bintang (Kylian Mbappe, Edinson Cavani, Angel Di Maria dan Neymar Jr.), meskipun mampu meraih gelar Liga Eropa bersama Sevilla dengan skuad yang belum mendekati kekuatan PSG. Rekam jejaknya menurut penulis, memang akan cenderung melihat pada raihan trofinya di dua klub tersebut. Sevilla cenderung dianggap dapat menyajikan permainan penuh mentalitas khas tim Spanyol yang selalu tangguh ketika berkompetisi di Eropa (sama halnya seperti Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid). Sedangkan di PSG, lebih cenderung dominan memanfaatkan kemampuan individu para pemainnya yang memang bagus. Hanya saja, di sini justru aroma mentalitas terlihat berkurang dari pengaruh keberadaan Unai Emery.
Hal ini dapat dilihat ketika berhadapan dengan Real Madrid. Kalah di dua pertemuan di fase knock-out Liga Champions dapat mencerminkan bagaimana gaya permainan tim PSG. Terlihat sekali adanya egoisitas Neymar (saat laga leg pertama) yang dikeluhkan oleh Edinson Cavani--terlihat dari gestur tidak puas dengan akselerasi-akselerasi individu yang tidak dikombinasikan dengan kerja sama antar pemain, khususnya antar pemain depan PSG. Di leg kedua pun terlihat kurang adanya chemistry antara Mbappe dengan Cavani, ketika di sini Neymar absen.
PSG gagal mengalahkan skuad penuh pengalaman sekaligus sang juara bertahan Liga Champions dalam dua tahun terakhir ini. Sehingga, rumor berakhirnya kerja sama antara PSG dengan Unai Emery pun merebak ke media massa. Publik memang tidak begitu gencar dalam mengaktualisasikan situasi Unai Emery di PSG pasca keberhasilan PSG merengkuh semua gelar domestik musim 2017/2018. Publik sedang menikmati momen perpisahan Arsenal dengan Arsene Wenger, Barcelona dengan Andres Iniesta, Juventus dengan Gianluigi Buffon, hingga Atletico Madrid dengan Fernando Torres. Bahkan publik cenderung merumorkan Allegri, Buvac dan Arteta untuk menjadi pengganti posisi Wenger di Arsenal. Memang, pada akhirnya nama Unai Emery mulai diisukan masuk ke dalam dapur Arsenal sebagai kandidat suksesor si penguasa Arsenal selama 22 tahun tersebut.
Di sini, hal menariknya adalah tim (Arsenal) terlihat santai dan lebih memilih mempromosikan jersey baru mereka untuk berkompetisi di musim 2018/2019. Arsenal diyakini tetaplah sebuah tim besar di Inggris dan Eropa (meskipun belum pernah memenangkan titel Eropa--khususnya Liga Champions). Untuk itulah, ada harapan bahwa sang pelatih barunya nanti akan sangat tahu tentang hal itu. Sehingga, mampu membuat jaminan bahwa tim akan kembali bersaing di papan atas Liga Primer Inggris dan berjuang meraih gelar di segala turnamen khususnya di Liga Eropa yang kembali mereka ikuti di musim 2018/2019 dengan pelatih barunya--Unai Emery. Sungguh sangat menarik!
Patut dinantikan kiprah Unai Emery bersama Arsenal di musim 2018/2019. Menyandang status pelatih dengan 3 trofi Europa League tentu dapat menjadi modal berharga Arsenal untuk mengakhiri paceklik gelar di kancah Eropa. Pengalaman membawa PSG mendominasi Ligue 1 juga diharapkan dapat membuat adanya penularan mentalitas juara ke dalam diri para pemain Arsenal yang tetap bertahan di Emirates Stadium dan siap membangun pondasi baru bersama Unai Emery.
Sebuah tim akan dapat menjadi juara ketika instruksi pelatih dapat dimengerti oleh para pemain dan diformulasikan ke dalam bentuk permainan yang dapat menjanjikan adanya kemenangan di setiap laga. Para pemain harus ingat bahwa Arsenal adalah tim besar. Selalu pantas untuk menjadi tim juara khususnya di kompetisi domestik. Mereka pun juga merupakan pemain-pemain pilihan yang sudah dipercaya dapat mengisi skuad Arsenal. Sehebat-hebatnya pelatih, eksekusi dari taktiknya ada di pikiran dan kaki para pemain. Sehingga di sini, penulis lebih fokus pada harapan adanya chemistry antara pelatih dengan para pemainnya. Kepercayaan pelatih kepada para pemainnya, dan pemain dengan pelatihnya. Ditambah dengan dukungan dan keyakinan (bahwa tim dapat menang) dari fans dan suporter yang dapat menambah semangat para pemain untuk selalu bermain maksimal.
Terakhir, yang patut dinantikan adalah aktivitas Unai Emery di bursa transfer di musim panas nanti. Akankah Arsenal mampu menggaet pemain-pemain bintang di setiap sektor yang telah menjadi titik lemah Arsenal musim 2017/2018 (pertahanan--kiper dan bek, dan pemain tengah penyeimbang permainan ofensif yang dimotori oleh Mesut Ozil, Mkhitaryan, dan Wilshere) dan sekaligus mampu mempertahankan pemain-pemain kuncinya, seperti Aaron Ramsey dan David Ospina.
Soal siapa yang akan masuk dan keluar dari skuad Arsenal, tak lepas dari bagaimana taktik Unai Emery untuk beradaptasi dengan pola permainan di Liga Inggris. Menunjukkan kapasitasnya di kompetisi domestik jauh lebih diutamakan terlebih dahulu sebelum membicarakan tentang peluang meraih gelar di Europa League dan kompetisi lainnya. Seorang Pep Guardiola saja perlu beradaptasi semusim, sebelum akhirnya mampu meraih gelar Liga Primer Inggris bersama Manchester City di musim keduanya. Bagaimana dengan Unai Emery?
Kita lihat saja sedari sekarang... :)
#WelcomeUnai!!!
Comments
Post a Comment