ASIAN GAMES 2018 INDONESIA


Meriahnya Upacara Pembukaan, Aksi Presiden Indonesia dan Dilema Masyarakat Indonesia

sumber gambar: tribunnews.com

 
“WOW!!!”
Suasana Opening Ceremony Asian Games 2018 (olahraga.rmol.co)

“INDONESIA LUAR BIASA!!!”

Dan masih banyak kata ataupun kalimat lainnya yang dapat menggambarkan meriah dan megahnya upacara pembukaan untuk memulai hajatan turnamen multievents terbesar di benua Asia ini. Tak hanya banjir pujian dan ketakjuban dari publik sendiri, namun juga dari publik mancanegara yang juga hadir dan jadi saksi di acara tersebut. Apalagi dengan salah satu isi dari konsep pembukaan tersebut adalah melibatkan sang presiden Republik Indonesia, Joko Widodo atau yang akrab dipanggil Pak Jokowi ini. Kehadirannya yang dibalut dengan cara yang tidak biasa (diceritakan sedang mengendarai sepeda motor besar (moge) hitam dari jalanan Jakarta menuju Stadion Gelora Bung Karno—GBK Senayan Jakarta) menjadi bumbu penyedap bahkan mungkin menjadi pemacu awal dari euforia semua orang. Suatu hal yang membuat para hadirin di stadion dan juga yang menonton di layar televisi menjadi histeris. Ya, seketika aksi tersebut menjadi viral sampai akhirnya terkuak kabar bahwa beliau melakukannya dengan stuntman. It’s so normally, right?
Presiden Joko Widodo menggunakan jaket khas Asian Games 2018 (Serikatnews.com)

Aktor penyabet gelar best actor saja menggunakan pemeran pengganti jika harus beradegan cukup berbahaya, apalagi seorang yang tidak berkecimpung di bagian ekstrim seperti itu. Kalau sekedar mengendarai di jalan raya, mungkin siapapun cukup bisa melakukannya untuk pengadeganan. Namun, bagaimana dengan aksi jumping dan hard breaking yang dilakukan di video tersebut? Apalagi menggunakan moge. Tak semua orang tentu bisa dan berani mempertontonkannya, bukan? Mungkin ada yang kecewa karena mereka sudah histeris menyambut kedatangan pak Jokowi. Namun, di bagian mana sekiranya mereka kecewa? Apakah pada saat sosok berjas hitam, dasi merah dan berhelm hitam di atas moge itu masuk ke area dalam GBK dan melambaikan tangan ke seluruh pengisi tribun dan publik yang melihat/menontonnya? Kalau bagi pribadi, mungkin di bagian itu. Tapi, kalau di bagian pengambilan aksi ekstrim di dalam taking video, maka itu konyol. Dan itu sangat memalukan. “Where the brain as we have it?”
sumber gambar: news.detik.com

Lupakan soal itu, karena memperdebatkan soal aksi tersebut sama saja seperti mempermalukan kapasitas pengetahuan yang kita miliki, bukan?

Sumber gambar: law-justice.co

Beralih ke pengonsepan dari para kreatif yang mendireksikan idenya ke para teknisi yang dapat merealisasikan bagaimana Opening Ceremony ini dapat disuguhkan ke mata dunia (pasti tak hanya publik Indonesia, Asia Tenggara dan Asia yang menyaksikannya). Keterlibatan Wishnutama (sosok penting di NET TV), Erick Tohir (pengusaha Indonesia yang sangat aktif berperan di kancah olahraga Indonesia dan dunia—pernah jadi pemilik klub besar asal Italia, Inter Milan), dan pihak-pihak lain benar-benar patut diapresiasi. Prosesnya jelas cukup panjang. Mempersiapkan venue dan pengisi venue bukan hal yang mudah. Mempersiapkan venue tentu tak akan jauh dari nominal angka dana yang harus dikeluarkan selain kreativitas dalam menelurkan ide yang spektakuler dan setidaknya tak kalah dengan perhelatan upacara pembuka di gelaran sebelumnya. Proses ini tentu tak lepas dari sudah banyaknya referensi dan dukungan dari teknologi yang sekarang jauh lebih mutakhir. Lalu, berbicara soal pengisi venue, jelas ini ada kaitannya dengan siapa yang menarik perhatian untuk dapat dilibatkan. Kualitas dan eksistensi dari figur-figur seni (musik, tari dan budaya) di Indonesia diperlibatkan, juga upaya untuk tak melepaskan jati diri dari Indonesia yang memang dikaruniai keberagaman budaya yang sangat luar biasa. Ya, dari Sabang sampai Merauke dipersembahkan untuk dunia. Tak lupa juga untuk mengajak figur-figur seni khususnya di belantika musik dari Asia yang memang inilah momen yang tepat untuk bersama-sama menyajikan keindahan dari Asia.

Meraih Bintang - Via Vallen (tribunnews.com)

Berbicara soal Asian Games atau perhelatan turnamen olahraga lainnya, tak akan lepas juga dari theme song untuk memeriahkannya selama turnamen berlangsung. Di tahun ini, Asian Games memiliki banyak lagu tema yang menarik perhatian bagi pecinta musik, khususnya di Indonesia. Menariknya, ada lagu yang sangat ikonik sekaligus semakin memperkenalkan bagaimana kualitas musik Indonesia. Lagu tersebut berjudul Meraih Bintang yang dinyanyikan oleh Via Vallen. Figur penyanyi muda di Indonesia yang identik dengan aliran dangdut populer yang masa kini sedang familiar di telinga para pecinta musik Indonesia di segala usia. Disebut dangdut populer karena sudah ada aransemen yang menggabungkan musik dangdut, koplo, dan pop. Di lagu ini pun, kita dapat mendengarkan musik ini yang memiliki banyak perpaduan. Ada bit khas musik dance, iramanya yang khas dangdut, dan gaya menyanyi yang mirip gaya menyanyi lagu pop. Menarik? Jelas! Bahkan lagu ini juga sudah di-cover oleh penyanyi di negara-negara peserta Asian Games. Seperti Arab, Thailand, India, Jepang, China, dan Korea.

Sungguh menakjubkan dan membanggakan. Tak hanya di bidang olahraga saja kita menikmati Asian Games ini, namun juga dari segi seni, sosial, ekonomi, budaya dan pemerintahan. Dari segi olahraga kita sudah mempersembahkan banyak medali yaitu total 98 medali dan menempatkan sang tuan rumah bertengger di peringkat empat, di bawah tiga negara raksasa (China, Jepang, Korea Selatan). Sedangkan dari segi sosial, Indonesia telah memperkenalkan banyak hal, seperti pelayanan dari sekitar 13.000 volunteer dalam negeri yang telah terlibat dari awal sampai akhir di seluruh venue perhelatan Jakarta-Palembang. Selain itu, sambutan dari masyarakat setempat dinilai oleh para pendatang dari berbagai negara sangat ramah dan baik. Antusiasme di setiap cabang olahraga (cabor) juga dinilai merata untuk mendukung para atlet yang berlaga.

Pengaruh Asian Games di Indonesia tentunya tak akan lepas dari dampaknya terhadap sirkulasi ekonomi di Indonesia. Wisata kuliner jelas menjadi ranah utama yang dituju oleh para pendatang, baik itu atlet, official, maupun suporter bagi para peserta Asian Games ke-18 ini. Turnamen yang hadir setiap 4 tahunan dan cukup jarang untuk dapat dihelat di Indonesia, tentu menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat Indonesia khususnya di Jakarta, Palembang, Jawa Barat dan sekitarnya untuk dapat mencari keuntungan dengan meraup pundi-pundi rupiah dengan segala bidang profesi yang mereka geluti (kuliner, tempat inap, dan lainnya).

Selain ekonomi yang dapat terciprati oleh keberadaan Asian Games di Indonesia, ternyata ada hal lain yang akhirnya juga dapat dikenal dari Indonesia. Yaitu, ekspos tentang budaya yang dimiliki Indonesia dan membuat seluruh publik dunia terkagum. Bagaimana tidak, jika kita melihat di opening ceremony ada tarian Ratoh Jaroe (Aceh) yang begitu menakjubkan dari segi keindahan gerakan juga keindahan visualisasi. Begitu juga sampai ke tari khas Papua dengan lagu adatnya juga. Hal ini luar biasa bagi siapapun yang mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan dari opening ceremony. Selain itu interaksi di luar maupun saat di dalam venue lomba, para pendatang pasti juga akan tahu seperti apa Indonesia dan budayanya.
Tari Ratoh Jaroe (Penanegeri.com)

Di poin terakhir tentang perhelatan Asian Games di Indonesia ini adalah dari segi pemerintah. Hajatan sebesar Asian Games akan sangat mustahil terwujud sedemikian rupa, jika tidak ada kerja sama yang sangat kooperatif antara pemerintah di segala levelnya dengan pihak swasta dan lembaga baik dari domestik maupun dari mancanegara. Termasuk pihak menteri di bidang masing-masing bahu-membahu untuk menyukseskan turnamen olahraga ini. Fasilitas olahraga dan akomodasi atlet diketahui juga menjadi vital. Begitupula soal apresiasi terhadap atlet dalam dan luar. Atlet dalam negeri diapresiasi dengan persiapan yang cukup dan pemberian bonus yang segera cair setelah turnamen berakhir. Bahkan menurut salah satu atlet Indonesia yang berhasil menyumbangkan medali emas untuk Indonesia, Lindswell Kwok menyebut ini adalah pencairan bonus tercepat untuk para atlet Indonesia dari pemerintah. Tentunya, ini adalah kabar terbagus bagi kita untuk dapat melihat para pahlawan gelanggang olahraga milik Indonesia ini mendapatkan hasil yang setimpal untuk perasan keringat mereka selama bertanding sejak tanggal 18 Agustus sampai 2 September 2018. Sedangkan untuk atlet luar, keberadaan fasilitas baik di dalam maupun di luar arena pertandingan yang memadai jelas memberikan kenyamanan dan membantu mereka agar dapat tetap fokus bertanding mengerahkan kemampuan terbaik guna pertandingan berjalan sportif dan kompetitif.

Luar biasa!!!

Indonesia dan Asia!

Momen menarik yang sulit dilupakan di masa kini sekaligus menjadi obat dari segala kepiluan yang melanda negeri ini. Ketika mau tidak mau, perhelatan Asian Games menjadi fokus yang harus dipilih oleh seluruh masyarakat tanpa pernah melupakan duka cita yang sedang dialami saudara setanah air di Lombok Nusa Tenggara Barat. Mungkin terlihat lambat respon dari pihak pemerintah maupun masyarakat umum dalam menanggapi ini. Termasuk isu kalau bencana yang dialami Lombok dan sekitarnya masih belum pantas disebut sebagai bencana nasional. Termasuk ada isu jika berita bencana gempa bumi di Lombok dan sekitarnya berupaya diredam agar tidak membuat atmosfer Asian Games ‘rusak’. Jika dilihat sebenarnya, ketika Asian Games ini berlangsung, publik juga masih bisa mengambil momen khusus dengan upaya menggalang dana. Para atlet dalam dan luar juga peduli, begitu pula figur-figur penting lainnya. Hanya saja, memang ekspos berita bencana alam di Lombok dan sekitarnya tak seviral berita tentang aksi-aksi di Asian Games. Hal inilah yang mungkin membuat adanya dilema. Apakah Indonesia peduli dengan dirinya sendiri yang sedang terluka, atau sedang berupaya pura-pura senyum meski di dalam hati sedang menahan kesedihan yang teramat dalam.

Fans sepakbola galang dana untuk korban Lombok dan sekitarnya. (radarbekasi.id)

Ya, Asian Games sudah berakhir dan kini tinggal menyisakan euforia atas prestasi yang membanggakan dari para putra-putri bangsa ini. Tinggal bagaimanakah langkah selanjutnya?
“Semoga Indonesia selalu bisa!
“Bisa untuk meraih bintang!”


Catatan fakta menarik seputar Asian Games 2018 Jakarta-Palembang Indonesia:
a.  Asian Games ke-18 (4 tahunan) dihelat di Jakarta-Palembang Indonesia 18 Agustus-2 September 2018.
b. Hasil rapat koordinasi komite Indonesia dengan Dewan Olimpiade Asia (OCA) pada September 2017, ada 40 cabang olahraga. 10 cabang olahraga dan disiplin baru:
1.      Bridge
2.      Basket 3x3
3.      Jetski
4.      Ju-jitsu
5.      Pencak silat
6.      Sambo
7.      Kurash
8.      Paralayang
9.      Panjat tebing
10.  Roller sports (inline speed skating and skateboarding) 
sumber idntimes.com

c.   Juara umum China dengan 289 medali (132 emas, 92 perak, 65 perunggu) dan menjadi juara umum yang ke-10 dan beruntun diperoleh sejak pertama kali di Asian Games 1982 New Delhi India.
Kedua, Jepang 205 medali (75 emas, 56 perak, 74 perunggu).
Ketiga, Korea Selatan 177 medali (49 emas, 58 perak, 70 perunggu).
Keempat, Indonesia dengan 98 medali (31 emas, 24 perak, 43 perunggu). Menjadi pencapaian tertinggi selama menjadi peserta di Asian Games.
d.     Penyumbang medali emas Indonesia:
·         Pencak silat 14 medali.
·         Panjat dinding 3.
·       Bulu tangkis 2 (Jonatan Christie dan pasangan ganda putra Kevin Sanjaya-Marcus Gideon).
Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon (Tribunnews.com)

·         Dayung 1.
·         Tenis 1.
·         Karate 1.
·         Jetski 1.
·  Taekwondo 1 (Defia Rosmaniar) peraih medali emas pertama.
Devia Rosmaniar (planet.merdeka.com)

·         Sepeda gunung 2.
·         Wushu 1 (Lindswell Kwok).
Lindswell Kwok, aksi terakhirnya di Asian Games 2018 (sports.okezone.com)

·         Angkat besi 1 (Eko Yuli).
·         Paralayang 2.
·       Sepak takraw 1 (peraih medali emas terakhir).
Sumber CNN Indonesia.


Siapa Kita?!
INDONESIA!!!

Comments

Popular Posts