Harapan si Cabai
![]() |
edited by writer |
Selama
berharap masih diperbolehkan
Maka sebiji
cabai yang terkubur di dalam tanah,
akan
berharap tumbuh menjadi tunas.
Dialah yang
nanti dapat menyeruak ke permukaan,
Bersama
dengan tumbuhnya berhelai-helai akar.
Cadangan
makanan dari kantung janin semakin memudar.
Begitupula
dengan si akar,
berharap
tunas yang menjelma menjadi sebilah batang
segera
menumbuhkan daun mudanya.
Si daun muda
pun berharap,
agar pagi
segera menghampiri bersama sinar sang fajar.
Si biji
cabai kini memang sudah tiada.
Menjelma
menjadi sebatang tanaman cabai muda
yang siap
tumbuh merimbun.
Berharap,
agar kelopak-kelopak bunga cabai muncul di setiap ujung jemarinya.
Ya,
begitulah harapan si biji cabai ketika dia jatuh terpisah dari ribuan saudaranya.
Terlepas
dari pelukan selimut inangnya,
Dan kini dia
harus tersesat di belantara dunia si cacing tanah.
Dia juga
punya harapan.
Bahwa tanah
yang dihinggapinya masihlah bersih dari para plastik yang tak kunjung membusuk.
Namun apalah daya.
Dia hanya
jatuh tak sengaja,
dan bahkan
mungkin tak diharapkan untuk tumbuh di sana.
Dia tak tahu
jika dia sedang tak beruntung.
Karena, dia
hanya tahu bahwa dia masih bisa berharap.
Agar siang,
malam, hujan, terik, dan dinginnya dunia ini
akan
melahirkannya sebagai cabai yang muda.
Cabai yang
siap kembali menatap dunia.
Deddy Husein
S.
INDONESIA,
11 September 2018 (Momen Tahun Baru Kalender Hijriyah 1440)
![]() |
Sumber gambar: radarlombok.co.id |
Comments
Post a Comment