Membandingkan Haaland dengan Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi

Dok. pribadi (Deddy HS)

Menjelang siang (18/2), saya membaca kabar-kabar terbaru tentang bola. Khususnya, tentang Liga Champions. Maklum, saya dini hari tadi sengaja tidak menonton, karena dua laga yang tersaji kurang penting bagi saya.

Menonton bola adalah hobi, tapi kesehatan dan pekerjaan adalah ‘jalan ninja’ untuk menjaga hobi tetap terjaga. Artinya, hobi bisa berjalan terus kalau orangnya sehat dan punya uang untuk terus bertahan hidup.

Setelah beberapa judul saya baca, berita terakhir yang saya simak adalah tentang Erling Braut Haaland. Judulnya klik banget (beda dengan click-bait), karena mencantumkan tentang legenda Liga Champions. Siapa legenda yang dimaksud untuk dibandingkan dengan kiprah keren Haaland?

Ternyata di sana ada Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Roy Makaay, Luis Suarez, dan Robert Lewandowski. Bahkan, ada Kylian Mbappe, walau yang ini saya yakin bukan dimaksudkan sebagai legenda.

Mbappe disebut karena ia sedang menjadi salah satu pemain hebat masa kini dan diprediksi dapat mendominasi satu dekade mendatang. Tentu, ia akan bersama Haaland dan beberapa pemain moncer era 2020-an.

Kembali pada nama-nama legenda Liga Champions, yang kemudian menggelitik daya pikir saya. Lima nama itu kemudian saya telaah, kecuali Roy Makaay yang harus saya cari tahu rekam jejaknya lewat laman internet.

Maklum, era keemasannya di Bayern Munchen ada pada tahun 2003-2007. Tahun yang masih menjadi waktu saya “berkubang” dengan Premier League (tidak disebut Liga Inggris).

Otomatis, Bundesliga (tidak disebut Liga Jerman) masih jauh dari jangkauan ‘khazanah bola’ saya. Bahkan, saat itu saya masih lebih memprioritaskan Serie A, baru La Liga untuk saya “pelajari”. Alasannya, nanti akan saya bahas di lain tulisan.

Jika menilik pada laman Wikipedia, saya sepakat kalau Roy Makaay dapat disandingkan dengan Erling Haaland. Makaay adalah striker, yang artinya dia juga bisa disebut sebagai center forward. Istilah dalam Bahasa Indonesia adalah penyerang utama/tengah.

Zaman sekarang istilah penyerang sudah rancu. Ini disebabkan oleh maraknya penggunaan formasi 4-3-3 dengan ragam variasinya. Dengan adanya formasi dasar itu, pelatih sering menggunakan winger, alih-alih pemain sayap. Istilahnya SMF, side mid-fielder.

Posisi SMF sekalipun di sisi lapangan, entah kanan atau kiri masih disebut sebagai pemain tengah. Karena, ada embel-embel mid-fielder, dan memang secara linier masih sejajar dengan pemain tengah ‘murni’, alias center mid-fielder (CMF).

Ini berbeda dengan winger yang berada di antara garis posisi AMF, attacking mid-fielder dengan CF, center forward. Kalau Anda mantan atau pemain gim sepak bola di Play Station (minimal dari PS2) pasti paham maksud saya.

Akibat tren inilah pemain semacam Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi lazim disebut penyerang. Sejajar dengan Robert Lewandowski, Luis Suarez, bahkan Oom Roy Makaay.

Padahal, secara hakikat posisi dan peran, dua pemain super hebat itu berbeda dengan tiga penyerang yang berlabel striker alias CF. Sekalipun, saya belum pernah menonton langsung--bukan di Youtube--permainan Makaay, saya yakin dengan postur 188 cm (Wikipedia)/186 cm (Transfermarkt), ia adalah penyerang tengah (CF).

Jika sudah demikian, saya maklum kalau Dik Erling Haaland yang luar biasa ini disandingkan dengan beliau. Karena, memang sama-sama striker. Ini juga selaras dengan perbandingan antara Haaland dan Lewy serta Suarez.

Hanya saja, kita juga harus membicarakan tentang era dan trennya, sebelum membahas tentang asal-muasal. Membahas tentang Haaland dengan Lewy adalah pembahasan lintas generasi.

Ada jarak sekitar 1 dekade yang memisahkan keduanya, dan itu sudah cukup untuk menggambarkan bagaimana tren sepak bola antara pada kemunculan Haaland dengan kemunculan Lewy saat itu.

Yang saya ingat, Lewy muncul karena performanya bersama tim nasional Polandia di sebuah turnamen, yaitu Piala Dunia. Saat itu, penampilannya sangat menarik perhatian dan membuat klub asal Jerman, Borussia Dortmund memindahkan Lewy dari Lech Poznan (Liga Ekstraklasa) ke Bundesliga.

Seperti yang sudah kita maklumi, bahwa klub asal Polandia masih belum seulet klub asal Austria (Bundesliga juga namanya). Itu pun masih baru-baru ini kita dapat melihat klub asal Austria bertarung sengit di kompetisi teratas Eropa, Liga Champions.

Itu juga masih mempertontonkan RB Leipzig, walau saya secara pribadi lebih mengetahui Rapid Wien kalau diminta menyebutkan satu klub asal Austria. Dan, perlu diketahui, bahwa zamannya Lewy, alias 2000-an akhir hingga 2010-an awal, pemain sepak bola rata-rata mencuri perhatian lewat penampilannya di timnas, bukan di klub asalnya.

Memang, ada saja yang seperti itu, tapi perlu pihak lain untuk terlibat, yaitu tim pemandu bakat. Namun, biasanya tim pemandu bakat di klub Eropa memilih pemain-pemain asal benua lain. Entah, apa alasannya, yang pasti saya sering mengetahui berita tentang bakat muda dari Amerika Selatan (di benua Amerika) muncul di pemberitaan.

Itulah mengapa, pemain-pemain bagus asal Eropa masih lebih mengandalkan jenjang akademi klub daripada tim pemandu bakat. Kemudian, seperti yang sudah saya sebutkan tadi, keberadaan turnamen antarnegara akan membuka potensi pemain untuk promosi.

Lewy salah satu dari sekian pemain yang berhasil tumbuh dan berkembang di Liga Champions lewat cara itu. Cara yang berbeda dari Haaland, dan artinya juga membuat cara kedua pemain ini berbeda dalam menorehkan sejarah saat usia muda.

Demikian pula dengan Luis Suarez, yang berasal dari Amerika Selatan, Uruguay. Ia harus pergi ke Eropa tidak bisa langsung memperkuat klub yang mampu menjaga konsistensi di level tertinggi Eropa. Dia harus bermain di Ajax Amsterdam yang identik sebagai wahana pemain muda akademi dan pemain senior yang sudah habis eranya di klub-klub terbaik Eropa.

Melihat cara Suarez tumbuh di Liga Champions jelas sangat sulit untuk disandingkan dengan Haaland. Jadi, mengapa harus dibandingkan?

Lalu, bagaimana dengan Makaay?

Sekalipun ia disebut-sebut sebagai penyerang hebat di masanya, saya anggap Makaay seperti Lewy yang memiliki tren tersendiri dalam menumbuh-kembangkan kariernya di Liga Champions. Mengingat Makaay adalah pemain asal Belanda, maka dia perlu proses lebih lama daripada pemain dari negara lain untuk cepat ‘unjuk gigi’ di Liga Champions.

Begitu pula dengan faktor generasi. Generasi Makaay saya pikir belum seperti sekarang. Klub-klub di masa Makaay tumbuh adalah klub-klub yang lebih percaya dengan pemain berusia matang dan senior untuk mengisi skuad utama.

Kalau disebut angka usianya, ada di kisaran 25 sampai 30-an awal. Ini juga belum berbicara tentang tren di sebuah liga/kompetisi. Adakalanya sebuah liga condong ke tren pemain muda, ada pula yang condong ke tren pemain senior.

Seperti di era 90-an dan 2000-an awal, Serie A menjadi ladang unjuk gigi pemain muda. Berbeda dengan Serie A sekarang yang mulai menjadi ladang unjuk gigi pemain senior, khususnya di lini serang (striker).

Itu juga berlaku pada kompetisi yang sedang Haaland huni, Bundesliga. Bundesliga Jerman saat ini (pertengahan dan akhir era 2010-an) sedang menjadi surga bagi pemain muda. Banyak pemain muda mendapatkan kepercayaan tampil dari menit awal, termasuk Haaland.

Ini membuat Bundesliga menjadi contoh positif sebagai kompetisi level tinggi yang ternyata ramah dengan pemain muda. Suatu hal yang belum begitu berani diterapkan oleh Premier League (Inggris) dan La Liga (Spanyol).

Artinya, Haaland bisa menorehkan sejarah bagus sebagai pencetak gol ulung di usia muda karena situasi di sekitarnya sangat mendukung potensi hebatnya. Itulah mengapa, kalau Haaland berhasil “merobohkan” pencapaian Makaay atau Lewy, itu sangat wajar. Bahkan, sudah seharusnya pemain muda masa kini lebih hebat dari pemain zaman dulu.

Jika berbicara unsur biologis-fisiologis, pemain sepak bola masa kini dijamin lebih kuat dan komplet dibandingkan pemain zaman dulu. Pemain zaman dulu belum banyak yang memiliki karakteristik tubuh berotot seperti Cristiano Ronaldo.

Karena, stereotip saat itu pemain bola harus kencang dalam berlari dan berakselerasi. Makanya, pemainnya banyak yang kurus-kurus. Berbeda dengan pemain sekarang yang tidak lagi bertubuh atletis ala pelari, melainkan atletis ala pesepak bola.

Anda bisa mencari foto Thierry Henry saat di Arsenal dengan foto Gareth Bale di Tottenham Hotspur. Mereka adalah dua pemain yang punya kelebihan dalam berakselerasi dengan bola tetapi memiliki ciri fisik yang berbeda. Kira-kira, begitulah tren fisiologis pemain bola dulu dengan sekarang.

Perubahan fisik itu membuat pemain sepak bola lazimnya makin berkualitas. Mereka tidak lagi hanya beradu lari, tapi juga beradu badan, sampai beradu lompatan.

Fisik yang makin keren juga membuat mereka makin percaya diri. Kepercayaan diri itu yang bisa membuat pesepak bola bisa mengeluarkan kemampuannya lebih baik. Termasuk, lebih baik dari para pendahulunya.

Lazimnya lagi, generasi baru artinya perkembangan kualitas manusia semakin tinggi. Buktinya, dulu manusia sudah mampu ‘terbang ke bulan’, maka sekarang manusia bisa menjelajahi planet-planet lain walau dengan pesawat-pesawat antariksa tanpa awak.

Kemajuan semacam itu juga berlaku dalam sepak bola. Termasuk dengan keberadaan Haaland. Haaland ada bukan untuk mengisi stok timnas Norwegia, tetapi juga membuat sejarah untuk dirinya.

Namun, dari penggambaran berita tentang Haaland itu, saya hanya merasa kurang suka dengan keberadaan nama Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Karena, seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, bahwa Haaland adalah striker, sedangkan Ronaldo dan Messi adalah winger.

Sebelum Ronaldo masa kini mulai akrab menjadi striker, dia adalah winger. Ronaldo baru akrab menjadi striker pun karena dia sudah tua dan Juventus memang bisa mengakomodir Ronaldo sebagai striker.

Banyak stok pemain tengah dan tipikal winger ada di Juventus, maka Ronaldo bisa bergeser menjadi striker. Itu pun Ronaldo bukan sebagai striker statis. Dia dengan Alvaro Morata bergantian menjadi penjemput bola.

Artinya, Ronaldo masih menjalankan karakter bermain di masa lalu. Ia bukan hanya menunggu bola atau baru mengeluarkan jurusnya di sekitar kotak penalti. Dia masih seorang Ronaldo yang tidak sungkan membawa bola dari sekitar tengah lapangan.

Begitu juga dengan Messi. Bahkan, Messi sampai saat ini belum pernah paten sebagai striker. Kalaupun dia ada di ujung tombak, statusnya masih false-nine (penyerang palsu). Dia sewaktu-waktu akan menjadi AMF (playmaker) dan winger.

Sewaktu muda, Messi lebih akrab sebagai pembawa bola dalam serangan balik cepat. Kemampuan berlari cepat membuatnya bisa menginisiasi serangan balik secara individual.

Artinya, ketika Messi muda, dia bukan penyerang utama seperti Haaland. Ia adalah versi lain dari Cristiano Ronaldo, walau juga tidak mirip. Namanya juga versi lain.

Perbedaan besar antara Ronaldo dan Messi dengan Haaland jelas membuat torehan rekor yang dimiliki tiga pemain ini berbeda. Bukan berarti saya menganggap torehan sejarah Haaland adalah biasa saja. Hanya saja, saya menganggap pencatutan nama Ronaldo dan Messi seperti sangat tidak pas.

Saya bilang ‘sangat’, karena faktor peran Messi dan Ronaldo di dalam permainan timnya masing-masing semasa muda sangat berbeda jauh dengan peran Haaland saat ini. Jadi, itu seperti Anda membandingkan ‘daging ikan’ dengan ‘daging ayam’.

Saya juga tidak sepakat kalau Haaland disandingkan dengan Mbappe, karena sudah jelas Mbappe bukan penyerang tengah seperti Haaland. Kalau Mbappe disandingkan Messi, Ronaldo, dan Neymar Jr., saya setuju. Sekalipun, mereka memiliki karakteristik unik masing-masing, setidaknya mereka sama-sama ‘daging ikan’ atau sama-sama ‘daging ayam’ dengan segala variannya.

Jadi, kalau ada pesepak bola hebat membuat rekor, saya harap nama-nama yang dicatut adalah nama-nama yang relevan. Sekalipun, ada bek produktif seperti Sergio Ramos, nilailah dia sebagai bek, bukan striker seperti Olivier Giroud, misalnya.

Intinya, saya masih lebih maklum terhadap penyandingan Haaland dengan Makaay, Lewandowksi, dan Suarez, daripada penyandingan Haaland dengan Ronaldo dan Messi. 

Terima kasih sudah berkenan membaca unek-unek saya. Mari, tetap cerdas sebagai penikmat bola, dan salam!

~

Indonesia. 18 Februari 2021

Deddy HS.

Pustaka bola:
Goal.com (Erling Haaland dan legenda Liga Champions)
Wikipedia.org (Roy Makaay)
Panditfootball.com (Tentang massa otot pada pesepak bola)

Comments

  1. Pokoknya aku lebih suka daging ayam, Pak. Hihihi.
    Haaland mah gila banget sundulannya (kalo di PES 2017)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts