ASIAN PARA GAMES 2018


Warna-warni kisah atlet para Indonesia


(tribunnews.com)

Perhelatan Asian Para Games 2018 di Indonesia sudah memasuki hari ke-6, dan Indonesia saat ini juga duduk di peringkat ke-6 di bawah China, Korea Selatan, Iran, Jepang dan Uzbekistan. Sampai artikel ini ditulis (12/10), Indonesia duduk di peringkat ke-6 dengan torehan 116 medali. Rinciannya 30 emas, 41 perak, 45 medali perunggu. FANTASTIS!!!

Tak ada yang bisa menggantikan kata fantastis untuk menggambarkan prestasi luar biasa dari atlet para milik tanah Merah-Putih ini. Melebihi target (16 medali emas) dan berhasil mencapai target dengan bertahan di posisi ke-6. Awalnya posisi Indonesia cukup meyakinkan dengan berkutat di 4 besar, 5 besar, lalu konsisten di 6 besar, karena keberhasilan mereka terus menambah pundi-pundi medali di dua hari terakhir (Kamis dan Jumat—hari ini).

Capaian atlet para Indonesia ini semakin luar biasa ketika mereka banyak berprestasi di cabang olahraga (cabor) yang terukur (ada skor dan catatan angka lainnya dalam perhitungan di jenis olahraga yang diperlombakan di Asian Para Games). Mengutip penilaian dari komentator Ma’ruf El Rumi di suatu kesempatan dalam penyiaran pertandingan Asian Para Games di Metro TV saat itu, sang komentator mengatakan bahwa prestasi atlet para milik Indonesia sangat bagus dan memiliki potensi untuk berbicara banyak di Paralympic di Tokyo nanti. Hal ini tak lepas dari keberhasilan atlet-atlet Indonesia meraih medali di beberapa cabor yang memiliki catatan skor atau angka yang jelas seperti badminton, atletik, renang, dan tenis meja. Fenomena ini sedikit kontras dengan prestasi atlet Indonesia di Asian Games yang lebih didominasi oleh cabor beladiri yang secara hitung-hitungan skornya sangat besar sangkut-pautnya dengan rule yang dipegang oleh juri atau wasitnya saja.

(idntimes.com)

Melihat hasil dari perjuangan atlet para Indonesia di APG 2018 ini, kita bisa cukup optimis untuk melihat Merah Putih dapat berkibar di beberapa final dalam perhelatan Paralympic tahun depan. Memang ini masih dalam hitung-hitungan peluang, karena hasil ke depannya akan sangat berkaitan erat dengan persiapan atletnya nanti pasca turun di gelanggang APG tahun ini ke masa karantina selanjutnya. Harapannya, pasca perhelatan Asian Para Games di Jakarta ini, pihak Kemenpora dan semua federasi olahraga yang menaungi atlet para ini dapat melanjutkan penggemblengan yang semakin matang untuk membuat Indonesia terus meraup prestasi tiada henti.

Terlepas dari beberapa momen haru dan kontroversi dalam kompetisi di beberapa cabor yang sempat viral akhir-akhir ini, setidaknya, kita dapat membuka mata bagi orang-orang yang mungkin masih cukup beruntung memiliki keseimbangan fisik dan non fisik untuk melihat betapa hebatnya mereka yang terlihat kurang beruntung namun justru merekalah yang lebih beruntung. Mereka mampu mengibarkan bendera merah putih di Gelora dan Istora Bung Karno. Mereka juga memiliki semangat yang lebih besar untuk membuktikan, bahwa mereka tidak DISABLE (tidak memiliki kemampuan) melainkan DIFABLE (berbeda kemampuannya).

Trio Atletik Para Indonesia sumbang emas
(sports.okezone.com)

Kemampuan mereka diasah dengan mengalahkan segala keterbatasan. Hal ini mungkin membuat atlet-atlet yang turun ke gelanggang adalah atlet-atlet yang mampu mencetak kemenangan di beberapa cabor yang terukur seperti yang dikatakan oleh bung Ma’ruf waktu itu. Jika penulis menilai bahwa, keberhasilan atlet para Indonesia ini—mungkin juga bagi atlet para di semua negara termasuk China, Korea dan lainnya, adalah karena keberhasilan mereka membangun mental yang kuat. Mental inilah yang kemudian mendorong mereka untuk dapat berusaha melebihi batas yang terkadang menyerang mereka di saat mereka sebenarnya memiliki segalanya sebelumnya.

Pernyataan ini didapatkan karena, beberapa atlet para yang turun ke gelanggang APG 2018 ini ada yang sebelumnya memiliki keutuhan secara fisik. Namun karena adanya beberapa faktor seperti serangan penyakit dan juga kecelakaan, akhirnya membuat mereka harus kehilangan bagian dari fisiknya. Ada atlet perempuan para di cabang catur tunanetra yang awalnya memiliki penglihatan semasa kecil. Namun, kemudian dirinya terserang katarak dan harus mengalami kebutaan. Dirinya pun mengaku sempat sangat frustrasi dan ingin  bunuh diri. Namun, berkat dukungan dari keluarga dan orang sekitarnya untuk kembali bangkit, dirinya kini sukses memberikan prestasi membanggakan dan membuat “sang ibu pertiwi tersenyum kepadanya”.

Perjuangan yang sama juga dilakukan oleh atlet sepeda balap para, M. Fadli yang sebelumnya merupakan pebalap motor saat masih memiliki keutuhan fisiknya dan pada saat itu dirinya juga sudah cukup dikenal oleh publik. Namun sayangnya, dia mengalami kecelakaan fatal pasca balapan dan membuat dirinya cedera parah sampai harus kehilangan salah satu kakinya—betis. Dirinya pun kini beralih ke balap sepeda para meski sepertinya adrenalin dirinya sebagai pebalap masih dimiliki walau (mungkin) tidak sebesar dulu. Sekarang dirinya menjadi salah satu atlet para yang cukup berpotensi dapat membawa Indonesia meraih prestasi.

Begitupula dengan perjuangan atlet para yang mungkin sudah dari lahir mengalami kekurangan di organ vitalnya, seperti Cerebral Palsy. Hal ini tentu membutuhkan dukungan 100% dari orangtua dan orang-orang sekitarnya untuk membuat anak tersebut mampu tumbuh-berkembang dan dapat menjadi atlet di cabor Boccia—salah satu cabang baru yang diperlombakan pertama kali di Asian Para Games 2018.

Jika membahas beberapa latar belakang atlet para Indonesia yang telah berjuang demi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini, tentu tak afdol jika tidak membahas pula sosok yang sangat viral, yaitu Miftahul Jannah. Atlet judo para yang didiskualifikasi karena tidak mau melepas hijabnya. Di dalam aturan judo dinyatakan bahwa atlet dilarang menggunakan aksesoris termasuk penutup kepala; hijab masuk ke dalam kategori aksesoris penutup kepala yang dilarang dalam peraturan internasional yang sudah ada sejak 2012. Menariknya, dari fenomena ini kemudian banyak sekali muncul empati yang luar biasa dari masyarakat Indonesia, dari yang berkomentar positif maupun negatif. Ada anggapan bahwa itu salah satu tindakan diskriminasi agama dan lainnya. Namun, beruntung simpang-siur itu dapat segera diluruskan dengan sangat fair dari pihak kemenpora dan federasi judo Indonesia yang menaungi Miftahul Jannah. Pelatih judo Miftahul Jannah pada saat itu juga mengaku sebagai pihak yang bersalah karena tidak mengetahui adanya regulasi tersebut; alasannya adalah kendala bahasa Inggris yang kurang dikuasai. Sesuatu yang seharusnya dapat diminimalisir oleh pihak-pihak vital yang mengurusi olahraga Indonesia agar ada kesinambungan yang jelas antara rule of the game secara internasional dengan persiapan atlet Indonesia. Hal ini yang kemudian membuat Indonesia seringkali keteteran ketika menjalankan program olahraga internasional namun melanggar peraturan internasional; seperti sepakbola di Indonesia yang masih saja keukeuh merasa tak melanggar peraturan FIFA karena terus berpegang teguh pada prinsip yang dianggap benar.

ilustrasi Miftahul Jannah (asumsi.co)

Namun, untuk kasus Miftahul Jannah ini, penulis juga setuju bahwa si atlet tetap harus berpegang teguh dengan prinsipnya—menegakkan syariat agamanya, dan tetap bersikap  fair untuk mengikuti peraturan pertandingan bahwa dirinya harus terkena diskualifikasi. Suatu kehormatan dapat melihat kebesaran hati seorang petarung yang tentunya ingin menjadi salah seorang pejuang Merah Putih lainnya yang dapat memberikan prestasi untuk tanah airnya. Hal semacam ini terlihat jauh lebih mulia dibandingkan kengototan yang tidak diseimbangkan dengan kelegowoan (mau menerima meski harus sedikit kecewa). Justru akan membuat segala hal yang terlibat menjadi bersifat pemaksaan.

Nah, mungkin cukup demikian pembahasan tentang Asian Para Games 2018 yang beruntungnya dihelat di Indonesia. Menyenangkan sekali melihat Indonesia dipercaya sebagai host di gelaran olahraga multievents yang sangat bergengsi seperti APG dan Asian Games yang juga sudah dihelat sebelumnya. Jangan lupa untuk menyaksikan perhelatan laga-laga terakhir beberapa cabor dan Closing Ceremony Asian Para Games besok di Stadion Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, malam hari. Semoga semuanya mencapai klimaks dalam kemeriahan yang pastinya akan tersajikan ke seluruh publik yang berkesempatan untuk menyaksikannya langsung di tempat penyelenggaraannya maupun di tempatnya (rumah) masing-masing.

salah satu poster untuk Closing Ceremony Asian Para Games 2018 (twitter.com/asianpg2018)


INSPIRING SPIRIT AND ENERGY OF ASIA!!!


Terimakasih kepada:
Liputan6.com
m.bola.com
tribunnews.com
indosport.com
MetroTV
dan lain-lain yang telah menjadi sumber rujukan dalam penulisan ini.

Silakan baca juga artikel sebelumnya di sini: https://deddyhuseins15.blogspot.com/2018/10/asian-para-games-2018.html

Comments

Popular Posts